Rabu 27 Jun 2018 19:34 WIB

Suriah Intensifkan Serangan, Ribuan Warga Larikan Diri

Oposisi menguasai bagian-bagian kota dan daerah Deraa di barat dan timurnya

Rep: Crystal Liestia Purnama/ Red: Budi Raharjo
Uji Coba Misil oleh Militer Suriah
Foto: Reuters
Uji Coba Misil oleh Militer Suriah

REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Pasukan yang setia terhadap Presiden Suriah Bashar al-Assad mengintensifkan serangan atas kota-kota yang dikuasai kelompok oposisi. Hal ini memaksa ribuan warga sipil harus melarikan diri dari daerah tersebut untuk mencari pengamanan.

Bentrokan meletus pada Selasa (26/6) antara pasukan pro-pemerintah dan oposisi. Mereka telah berkumpul di pinggiran kota Basr al-Harir, karena pertempuran antara kedua belah pihak meningkat.

"Setidaknya 200 serangan udara dan 150 barel bom menyerang Basr al-Harir pagi ini saat pasukan pemerintah bergerak di desa itu," kata Jihad Hamza, aktivis pro-oposisi di Deraa, dikutip Aljazirah. "Pejuang pemberontak mengorganisir diri untuk memukul balik serangan itu."

Menurut PBB, setidaknya 45 ribu orang telah meninggalkan pertempuran intensif di provinsi Deraa selatan menuju Yordania. Pasukan pemerintah Suriah melancarkan serangan militer pada 19 Juni yang bertujuan untuk merebut kembali provinsi selatan Deraa, Quneitra dan sebagian dari Sweida, sebagian besar masih dipegang oleh pejuang oposisi.

Sejak itu, setidaknya 41 orang tewas dan lebih dari 100 lainnya terluka. Hal itu dilaporkan oleh Lawrence Adam, seorang wartawan dengan kelompok media Nabaa yang dikelola aktivis di pinggiran kota Deraa. "Setidaknya 27 dari mereka yang tewas adalah warga sipil, termasuk lima anak dan sembilan perempuan," kata Adam kepada Aljazirah, Senin (25/6).

Adam mengeluarkan seruan mendesak untuk bertindak, dia mengatakan warga sipil melarikan diri ke kamp dan desa di sepanjang perbatasan dengan Yordania dan Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel "di mana sedikit yang tersedia". "Jika masyarakat internasional tidak merespons dengan cepat, kita akan segera menghadapi bencana," kata Adam.

Pada hari Kamis, PBB memperingatkan bahwa eskalasi di selatan Suriah bisa berdampak berbahaya bagi sekitar 750 ribu warga sipil di daerah itu. Setelah serangkaian kemenangan militer awal tahun ini di daerah-daerah sekitar ibu kota, Damaskus, pemerintah Assad menetapkan tujuan untuk merebut kembali daerah yang dikuasai pemberontak di Suriah selatan, baik melalui negosiasi atau militer.

Media pemerintah mengatakan, pemerintah menembaki apa yang disebut "pos teroris" di timur laut Deraa untuk menghancurkan persenjataan mereka. Pasukan pemerintah juga telah berkumpul di provinsi Sweida di dekatnya. Namun sumber-sumber di lapangan mengatakan serangan itu juga ditujukan pada warga sipil di wilayah timur dan barat di sekitar kota Deraa.

"Keluarga yang tinggal di pinggiran timur Deraa terus melarikan diri dari rumah mereka menuju desa-desa dan kamp di sepanjang perbatasan Yordania yang tetap di bawah kendali pemberontak atau tidak terpengaruh oleh pengeboman," kata Sami, seorang aktivis pro-oposisi di sisi timur pinggiran kota Deraa.

Menurut aktivis yang namanya diubah karena alasan keamanan itu, setidaknya 10 desa di Deraa sekarang kebanyakan kosong. Sementara menurut Hamza, aktivis pro-oposisi di Deraa, di sisi barat provinsi itu, keluarga yang melarikan diri dari rumah mereka pindah ke desa-desa di sepanjang Dataran Tinggi Golan yang diduduki.

"Keluarga ketakutan dan pergi dengan terburu-buru untuk menyelamatkan hidup mereka," kata Hamza. "Baru pagi ini, sekitar 40 barel bom dan serangan udara menargetkan rumah-rumah keluarga di desa-desa kecil di sisi barat provinsi itu."

Faksi-faksi oposisi menguasai bagian-bagian kota dan daerah Deraa di barat dan timurnya. Mereka juga mengendalikan daerah di sepanjang perbatasan dengan Yordania dan Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel.


Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement