Kamis 28 Jun 2018 07:42 WIB

Pemerintah Suriah Kembali Lancarkan Serangan

Serangan bisa berubah menjadi situasi seperti pertempuran di Ghouta timur dan Aleppo.

Rep: Marniati/ Red: Ani Nursalikah
Presiden Suriah Bashar al-Assad.
Foto: Reuters
Presiden Suriah Bashar al-Assad.

REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Serangan udara pemerintah Suriah menghancurkan lebih banyak kota di Suriah barat daya yang dikuasai pemberontak pada Rabu (27/6). Serangan juga menghancurkan sejumlah rumah sakit.

Pesawat-pesawat tempur menargetkan kota-kota Dael dan Saida sejak serangan dimulai. Utusan Suriah untuk PBB, Staffan de Mistura memperingatkan serangan bisa berubah menjadi situasi seperti pertempuran di Ghouta timur dan Aleppo.

Presiden Suriah Bashar al-Assad telah mengusir pemberontak dari semua daerah di dekat ibu kota Damaskus tahun ini. Ia ingin memulihkan kontrol atas daerah yang dikuasai pemberontak di perbatasan dengan Yordania dan Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel.

PBB mengatakan serangan 10 hari itu telah memaksa  45 ribu warga sipil meninggalkan wilayahnya. Yordania yang sudah menampung sekitar 650 ribu pengungsi Suriah, mengaku tidak akan membuka perbatasan bagi pengungsi baru.

Pasukan pemerintah menyerbu ke wilayah pemberontak dengan dukungan Rusia, meskipun ada peringatan dari Washington yang menengahi kesepakatan "de-eskalasi"  untuk menghentikan pertempuran di Suriah barat daya tahun lalu. Washington telah memperingatkan Assad terkait dampak serius dari  serangan, tetapi belum ada tanda-tanda penghentian serangan itu.

photo
Pria berbincang di dekat bangunan rusak yang menurut para aktivis akibat pengeboman yang dilakukan pasukan Presiden Bashar Al Assad di Daraya, dekat Damaskus.

Observatorium  untuk Hak Sipil Suriah mengatakan  sejauh ini serangan telah menewaskan 47 orang. Serangan udara juga memaksa lebih banyak orang melarikan diri. UOSSM, badan amal medis yang beroperasi di daerah itu, menyebutkan korban tewas di usia 68 tahun.

Komite Palang Merah Internasional (ICRC) mengaku prhatin dengan keselamatan puluhan ribu warga sipil yang terperangkap atau melarikan diri dari kekerasan di wilayah selatan Deraa. Sebuah layanan media militer yang dikelola sekutu Assad, Hizbullah melaporkan di timur laut Deraa, pasukan pro-pemerintah merebut tiga desa lainnya pada Rabu (27/6). Ini setelah pasukan merebut kota terdekat Busra al-Harir pada  Selasa.

Assad dan sekutu-sekutunya sejauh ini berada di posisi terkuat mereka sejak masa awal perang. Assad telah berjanji menegaskan kembali kendali atas setiap wilayah negara itu.

Pasukan pemerintah telah berulang kali dituduh menyerang fasilitas medis di daerah yang dikuasai oposisi. Damaskus dan Moskow menyangkal sengaja menargetkan mereka.

Observatorium mengatakan tiga rumah sakit diserang semalam di kota Saida, al-Jeeza dan al-Musayfra dekat perbatasan Yordania di sebelah timur kota Deraa. UOSSM mengatakan  selain tiga rumah sakit itu, rumah sakit keempat ditutup setelah sebuah granat jatuh di dekatnya.

Stasiun televisi yang dikelola negara al-Ikhbariya mengatakan listrik ke kota Deraa - yang dibagi antara pemberontak dan pemerintah telah diputus karena "organisasi teroris"  menargetkan saluran listrik di al-Musayfra, sekitar 20 km (12 mil) ke timur. Televisi negara mengatakan sekitar 1.000 orang, termasuk ratusan militan,  setuju untuk menerima kehadiran pemerintah di Shaara, 60 Km (40 mil) ke utara. Banyak dari mereka melambai-lambaikan bendera dan meneriakkan slogan-slogan pro-Assad.

Layanan media Hizbullah mengatakan ratusan keluarga telah melintasi garis depan dari Dael ke wilayah pemerintahan untuk menghindari kontrol pemberontak. Bagian barat daya adalah salah satu dari  dua wilayah besar Suriah yang masih berada di tangan para pemberontak. Wilayah lainnya di barat laut dekat perbatasan Turki.

Dukungan Washington terhadap gencatan senjata di barat daya adalah salah satu prakarsa diplomatik AS yang paling tinggi di Suriah sejak Presiden Donald Trump menjabat. Washington telah mengatakan kepada pemberontak Free Syria Army (FSA), mereka seharusnya tidak mengharapkan dukungan militer terhadap serangan itu.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement