REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Pangeran William mengunjungi situs-situs suci di Yerusalem dan melakukan ziarah ke makam nenek buyutnya pada Kamis (28/6). Hari ini merupakan hari terakhir kunjungan bersejarahnya ke Timur Tengah sekaligus kunjungan resmi pertama dari anggota keluarga kerajaan Inggris ke Yerusalem.
Lawatan pria yang dikenal sebagai Duke of Cambridge itu ke Yerusalem merupakan kunjungan yang paling diantisipasi selama lima hari terakhir. Setelah menyambangi Yordania, Israel, dan Palestina, saat ini ia tengah masuk ke jantung konflik agama dan politik regional di Yerusalem.
Perjalanannya ke Timur Tengah telah diatur sedemikian rupa agar tidak menjadi acara politik. Sang Pangeran telah sangat berhati-hati dalam berkata-kata dan bertindak agar tidak menimbulkan kontroversi saat ia bertemu pemimpin Israel dan Palestina, serta melakukan tur ke berbagai daerah.
Akan tetapi, situs-situs suci di Yerusalem yang dia kunjungi telah menjadi pusat dari konflik selama lebih dari satu abad. Tentu setiap langkah yang dia lakukan akan sangat diperhatikan.
Pangeran William memulai turnya di Yerusalem dengan menikmati pemandangan Kota Tua dari Bukit Zaitun di Yerusalem timur. Dia kemudian mengunjungi makam nenek buyutnya, Putri Alice, yang menyelamatkan orang-orang Yahudi dalam Holocaust.
Pangeran William (kiri) mengunjungi makam nenek buyutnya, Putri Alice, dalam lawatannya ke Gereja Maria Magdalena di Yerusalem timur, Kamis (26/6).
Keinginan terakhir Putri Alice adalah dikubur di Gereja St. Mary Magdalena di atas Taman Getsemani. Ditemani oleh seorang pendeta Ortodoks Rusia, William terlihat berdiri sambil terkagum melihat makam nenek buyutnya itu.
William mengikuti jejak ayahnya, Pangeran Charles atau Prince of Wales dan kakeknya Pangeran Philip atau Duke of Edinburgh, yang juga pernah mengunjungi makam Putri Alice. Dia kemudian diberi beberapa hadiah oleh para pendeta, termasuk buket bunga dan salib.
Dari gereja, Pangeran William dibawa mengunjungi tiga situs utama agama Muslim, Yahudi, dan Kristen. Ia mengaku sangat menantikan kunjungannya ke Kota Tua, terutama ke situs-situs suci ini.
Di Tembok Barat, Pangeran William berjalan mendekati tembok ditemani oleh seorang rabbi dan penjaga keamanan. Dengan mengenakan tudung hitam, dia meletakkan tangan kanannya pada batu-batu kuno dan kemudian mengikuti tradisi dengan menyelipkan sebuah catatan ke dalam retakannya.
Pangeran William menyentuh Tembok Barat di Kota Tua Yerusalem, Kamis, (28/6).
Kerumunan penonton juga berkumpul untuk melihat Pangeran William masuk ke Gereja Makam Kudus tak lama setelah itu.
Baca juga: Pangeran William Puji Kerja Sama Inggris-Palestina
Para politisi Israel telah menyatakan kemarahannya karena rencana perjalanan kerajaan Inggris menyebutkan Kota Tua Yerusalem sebagai bagian dari wilayah pendudukan Palestina, dan bukan bagian dari Ibu Kota Israel. Menteri Urusan Yerusalem Zeev Elkin, yang mencalonkan diri sebagai wali kota di pemilihan tahun ini, mengatakan penyebutan itu sebagai distorsi yang tidak bisa mengubah kenyataan.
Menteri Kabinet Israel dari Partai Likud yang berkuasa, Miri Regev, bahkan menyebut Pangeran William tidak sopan karena tidak bertemu dengan wali kota Yerusalem di kota tersebut.
Israel merebut Yerusalem timur dari Yordania dalam perang Timur Tengah pada 1967. Israel kemudian mencaploknya dalam sebuah aksi yang tidak diakui secara internasional.
Israel menganggap kota yang telah menjadi rumah bagi situs-situs suci bagi orang Yahudi, Kristen, dan Muslim, itu sebagai bagian yang tak terpisahkan dari ibu kotanya. Di sisi lain, Palestina juga mengklaim Yerusalem timur sebagai ibu kota negara mereka yang merdeka di masa depan.
Inggris memiliki akar sejarah yang kuat di kawasan itu setelah memerintah Palestina dari 1920 hingga 1948 di bawah mandat Liga Bangsa-Bangsa. Namun sejak itu Inggris berada belakang ke Amerika Serikat (AS) dalam menengahi konflik antara Israel dan Palestina.
Pangeran William (36 tahun) yang berada di urutan kedua garis tahta Kerajaan Inggris, sebelumnya telah mengunjungi monumen peringatan Holocaust Yad Vashem dan bertemu dengan orang-orang Israel dari semua lapisan masyarakat. Dia juga mengunjungi kamp pengungsi Palestina dan bertemu dengan anak-anak muda serta mencicipi masakan lokal.