REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan dalam beberapa hari terakhir, negaranya telah menarik lebih dari 20 pesawat dan 1.140 personel militer dari Suriah. Rusia memang sedang berupaya mengurangi kehadiran militernya di Suriah.
"Penarikan ini berlanjut sekarang. Hanya dalam beberapa hari terakhir, 13 pesawat, 14 helikopter, dan 1.140 personel militer telah ditarik keluar dari Suriah," kata Putin pada Kamis (28/6), dikutip laman kantor berita Rusia TASS.
Sejak Desember tahun lalu, Putin telah memerintah Kementerian Pertahanan Rusia untuk mulai menarik pasukan dan armada militernya dari Suriah. Menurut Putin, selama dua tahun menggelar operasi militer di Suriah, pasukan Rusia bersama tentara Suriah telah berhasil memukul perlawanan kelompok teroris di negara tersebut. "Mengingat hal ini, saya telah mengambil keputusan, sebagian besar kontingen militer Rusia yang tinggal di Suriah untuk kembali ke rumah, ke Rusia," ujarnya.
Putin pun mengapresiasi totalitas pasukannya dalam menggempur dan menumpas kelompok milisi di Suriah. Walaupun beberapa di antara mereka harus merelakan nyawanya. "Kami tidak akan pernah melupakan kematian dan kerugian yang diderita dalam pertempuran antiteror, baik di Suriah maupun Rusia," kata dia.
Bagi tentara Rusia yang selamat dalam pertempuran, Putin mengucapkan selamat kepada mereka. "Anda akan pulang dengan kemenangan, kepada keluarga, orang tua, istri, anak-anak, dan teman-teman Anda," ucap Putin.
Kendati telah memutuskan untuk menarik pasukannya, Putin menegaskan negaranya siap untuk kembali menggelar operasi militer bila kelompok milisi dan teroris di Suriah bangkit kembali. "Rusia siap menghadapi pukulan baru bagi teroris jika mereka kembali dan mencoba untuk mendobrak perdamaian Suriah," ujarnya.
Sebab menurutnya, memukul dan menumpas kelompok teroris di Suriah memiliki dampak langsung terhadap keamanan Rusia. Hal ini karena Putin menilai masalah terorisme bukan hanya persoalan satu negara, melainkan masalah global.
Rusia mulai menggelar operasi militer di Suriah pada September 2015. Operasi militer ini dilakukan berdasarkan permintaan langsung pemerintah Suriah. Kala itu, pemerintah Suriah mengalami kesulitan dan cukup kewalahan menghadapi perlawanan kelompok milisi.
Sejak saat itu, militer Rusia mulai melakukan serangan-serangan udara menargetkan kelompok-kelompok yang menentang pemerintah atau rezim Presiden Bashar al-Assad. Kelompok tersebut antara lain Koalisi Nasional Suriah, Front al-Nusra, serta milisi ISIS.
Dengan bantuan militer Rusia, pemerintah Suriah mulai menggenggam kembali kekuasaannya. Hal ini karena banyaknya daerah di Suriah yang sebelumnya dikuasai kelompok milisi berhasil direbut kembali.
Tak ayal pada November lalu, Presiden Suriah Bashar al-Assad mengucapkan terima kasih kepada Putin atas bantuan militernya. Menurut Assad, sokongan militer Rusia berhasil menyelamatkan negaranya.