Jumat 29 Jun 2018 09:40 WIB

Netanyahu: Iran Terperosok ke dalam Kekacauan Ekonomi

Rakyat Iran dinilai mulai tak puas dengan pemerintah.

Perdana Menteri Israel, Benyamin Netanyahu.
Foto: EPA/Jim Hollander
Perdana Menteri Israel, Benyamin Netanyahu.

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan, sanksi baru Amerika Serikat (AS) atas Iran telah 'melempar' Republik Islam itu ke dalam kekacauan ekonomi. Netanyahu juga menilai rakyat Iran mulai tak puas dengan pemerintah.

"Iran terperosok ke dalam kekacauan ekonomi akibat permberlakuan kembali sanksi terhadapnya," kata Netanyahu dalam acara kelulusan pilot di Pangkalan Angkatan Udara Harzerim di Israel Selatan, Kamis (29/6).

Ia menilai upaya Israel untuk meningkatkan sanksi atas Iran efektif. Perusahaan meninggalkan pasar Iran dan demonstrasi massa memperlihatkan bahwa upaya menempatkan Iran di posisi sulit ini membuahkan hasil.

Netanyahu menambahkan, protes baru-baru ini di Iran adalah awal dari ketidakpuasan rakyat yang lebih luas. "Rakyat Iran merasakan di kantung mereka konsekuensi dari fanatisme fundamentalis penguasa mereka," kata Netanyahu.

Netanyahu selama ini menentang keras kesepakatan nuklir dengan Iran. Ia menuding Iran berusaha membuat senjata nuklir untuk digunakan terhadap Israel.

Iran telah membantah membuat bom atom dan mengatakan program nuklirnya semata-mata bertujuan damai. Netanyahu menyatakan Israel tak akan membiarkan Iran membuat senjata nuklir. Tel Aviv juga akan mencegah Iran membuat Suriah menjadi pangkalan rudal mematikan terhadap Israel.

Pernyataannya dikeluarkan sebelum pertemuan puncak yang dijadwalkan pada 16 Juli di Finlandia antara Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden AS Donald Trump.

Baca jua,  AS Ingin Menghapus Iran dari Pasar Minyak Dunia.

Sementara itu, AS menyatakan keinginannya untuk menghapus Iran dari pasar minyak dunia. Namun, keinginan yang disampaikan AS ini dinilai Pemerintah Iran tidak mungkin dilakukan.

"Iran mengekspor 2,5 juta barel minyak mentah per hari dan menyuling serta menghilangkannya dengan mudah dan dalam beberapa bulan adalah tidak mungkin," kata pejabat Iran kepada kantor berita setengah resmi, Tasnim, Rabu (27/6).

Departemen Luar Negeri AS pada Selasa (26/6) meminta semua negara menghentikan impor minyak dari Iran sejak November. Pada bulan lalu, Presiden Trump menarik AS dari kesepakatan Iran dengan enam kekuatan dunia pada Juli 2015, yang bertujuan membatasi kemampuan nuklir Teheran sebagai ganti pencabutan beberapa sanksi.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement