REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Sebuah ledakan melanda pusat kota Afghanistan timur Jalalabad pada Ahad (1/7). Serangan itu menewaskan sedikitnya 20 orang, termasuk beberapa anggota minoritas Sikh.
Ledakan itu terjadi beberapa jam setelah Presiden Ashraf Ghani membuka sebuah rumah sakit di Jalalabad. Juru bicara gubernur Attaullah Khogyani mengatakan ledakan menyebabkan toko-toko dan bangunan di sekitar alun-alun Mukhaberat di kota itu rusak.
Seorang politisi yang mewakili komunitas minoritas Sikh terbunuh dalam ledakan itu. Para pejabat mengatakan Awtar Singh Khalsa, yang berencana mencalonkan diri dalam pemilihan parlemen Oktober nanti, ikut menjadi korban tewas.
Kepala polisi Nangarhar, Ghulam Sanayi Stanekzai, mengatakan ledakan itu disebabkan oleh seorang pembom bunuh diri. Pembom menargetkan kendaraan yang membawa anggota minoritas Sikh yang melakukan perjalanan untuk bertemu presiden.
ISIS mengklaim serangan itu dalam sebuah pernyataan melalui kantor berita online Amaq. Tetapi ISIS tidak memberikan bukti untuk klaim tersebut. Para pejabat mengatakan sedikitnya 10 orang yang tewas adalah orang Sikh. Sikh menjadi penganut minoritas di Afghanistan.
Satu kursi di parlemen Afghanistan disediakan untuk anggota komunitas Sikh dan Hindu di negara itu. Tetapi semakin banyak orang Sikh dan Hindu pindah ke India, karena penganiayaan dan ancaman.
Para pejabat di Kedutaan Besar India di Kabul mengkonfirmasi kematian sepuluh orang Sikh. Ia mengutuk "serangan teroris" di Jalalabad. "Serangan itu menggarisbawahi perlunya perjuangan global bersatu melawan terorisme internasional tanpa diskriminasi dan akuntabilitas mereka yang mendukung teroris dengan cara apa pun," kata Kedutaan Besar India di Twitter.
Juru bicara departemen kesehatan provinsi Nangarhar, Inaamullah Miakhel, mengatakan 20 orang terluka dalam insiden itu. Para pejabat mengatakan jumlah korban mungkin lebih tinggi.
Tidak ada klaim tanggung jawab segera atas ledakan itu. Hal itu merupakan serangan terbaru dalam serangkaian serangan terhadap Jalalabad, ibu kota provinsi Nangarhar. ISIS telah membangun kehadiran yang kuat di wilayah itu dalam beberapa tahun terakhir.
Serangan itu menggarisbawahi situasi keamanan yang buruk di Afghanistan setelah gencatan senjata singkat antara pasukan pemerintah dan Taliban bulan lalu. Gencatan senjata tiga hari itu tidak termasuk ISIS, yang melawan pasukan pemerintah dan Taliban.