Selasa 03 Jul 2018 21:31 WIB

Warga Yordania Galang Kampanye Donasi Nasional untuk Suriah

Ratusan warga Yordania ke perbatasan Suriah untuk mengirimkan bantuan.

Rep: Marniati/ Red: Nur Aini
Kondisi Kota Daraa di selatan Suriah
Foto: Al Arabiya
Kondisi Kota Daraa di selatan Suriah

REPUBLIKA.CO.ID, AMMAN -- Ratusan orang di Yordania berbondong-bondong ke perbatasan dengan Suriah selama dua hari berturut-turut. Mereka ingin mengirim bantuan ke 270 ribu warga Suriah yang melarikan diri dari kekerasan yang sedang berlangsung di provinsi Deraa Suriah.

Dilansir Aljazirah, Selasa (3/7), upaya tersebut sebagai bentuk kampanye donasi nasional yang telah diluncurkan Yordania. Warga Yordania mengumpulkan pasokan dan pakaian bagi keluarga yang melarikan diri dari kota-kota di provinsi barat daya pemberontak karena serangan pemerintah.

"Ini adalah tugas nasional kami untuk membantu saudara-saudari Suriah kami saat ini. Inilah mengapa kami meluncurkan kampanye donasi ini," kata salah satu penyelenggara kampanye, Hussein Smadi.

Kampanye tersebut merupakan tanggapan atas keputusan Yordan untuk menutup perbatasannya bagi Suriah. Negara itu mengatakan tidak dapat menjadi tuan rumah bagi gelombang pengungsi baru.

Beberapa lori terlihat mengangkut pasokan ke perbatasan dari al-Jubaiha, sebelah utara ibu kota, pada tengah malam. Penyelenggara telah mencatat bahwa sejumlah besar bantuan sedang dalam perjalanan. Bantuan untuk mengakomodasi kebutuhan puluhan ribu orang, termasuk pakaian dan susu formula.

Masuknya warga Suriah di dekat daerah perbatasan selama beberapa hari terakhir akibat serangan tentara Suriah, yang dimulai pada 19 Juni dengan bantuan militer Rusia.

Serangan udara yang diluncurkan oleh pasukan yang setia kepada Presiden Bashar al-Assad telah menewaskan lebih dari 170 orang selama beberapa hari terakhir di Deraa.

Sebagian besar dari mereka melarikan diri dari daerah timur provinsi menuju ke perbatasan dengan Yordania. Ada juga yang menuju perbatasan dengan Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel. Namun baik Yordania dan Israel mengatakan mereka tidak akan menerima pengungsi ke negara mereka.

Berdasarkan laporan dari Aljazirah, pemerintah Yordania mengumumkan siap untuk memungkinkan bantuan kemanusiaan dilakukan oleh PBB. Sementara itu, pembicaraan antara faksi-faksi pemberontak di Deraa dan Rusia telah gagal setelah tiga hari mediasi Yordania.

Beberapa kelompok pemberontak di kota-kota seperti Bosra al-Sham setuju untuk melepaskan artileri berat sebagai tanda menyerah kepada pemerintah, yang telah mengambil sebagian besar dari Deraa. Sementara yang lain menolak untuk menyetujui kesepakatan.

Pemerintah Suriah merebut sebagian besar Deraa dalam dua pekan serangan ofensif. Eskalasi militer Assad terhadap sisa-sisa desa yang dikuasai pemberontak, termasuk Tafas, Nawa dan Sheikh Saad di sisi timur provinsi, telah berlanjut. Perkembangan itu terjadi ketika Yordania mengumumkan menteri luar negerinya akan bertemu dengan mitranya dari Rusia akhir pekan ini untuk membahas situasi di Deraa.

Anggota dari Pertahanan Sipil Suriah, juga dikenal sebagai White Helmets, Amar Abazeid mengatakan semakin sulit untuk mendokumentasikan jumlah korban tewas dan luka karena  banyak orang melarikan diri dari rumah mereka.

Amar Abazeid mengatakan tim pertahanan sipil sedang melakukan "apa pun yang mereka bisa" untuk menghitung jumlah korban tewas. Tetapi dengan pemindahan berulang orang-orang dari desa-desa yang telah diambil oleh pemerintah, atau yang berada di bawah pemboman terus menerus, banyak kematian warga sipil belum terdata.

Abazeid, menggambarkan kondisi di perbatasan Suriah-Yordania sebagai hal yang "tragis". Sebagian besar dari mereka yang terdampar sedang tidur di padang gurun. Hanya beberapa liter air saja yang didistribusikan.

"Pasokan bantuan di sini - apakah makanan atau obat - langka dan cepat menipis. Apa yang ada di sini hanya dapat menampung sebagian kecil orang. Dan semakin banyak orang yang terus muncul," kata Abazeid (30 tahun).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement