REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe membatalkan kunjungannya ke Iran. Keputusan tersebut dilaporkan diambil atas desakan dari Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
Dilapor laman Al Arabiya, Abe dijadwalkan mengunjungi Iran bulan ini. Kedatangannya ke sana bertujuan untuk memberi dukungan perihal mempertahankan kesepakatan nuklir yang dicapai pada 2015. Bila tak dibatalkan, Abe akan menjadi perdana menteri Jepang pertama yang mengunjungi Iran dalam kurun waktu 40 tahun.
Namun setelah mengetahui rencana kunjungan tersebut, AS dilaporkan segera mendesak Abe agar membatalkannya. AS pun mendesak Jepang dan sekutu lainnya untuk berhenti membeli minyak mentah dari Iran.
Tapi Jepang tak sepenuhnya menuruti desakan AS. Jepang mengatakan, karena berdampak negatif terhadap ekonomi, mereka tak dapat lagi mengurangi atau menghentikan impor minyak dari Iran.
Menurut Japan Times, kendati telah membatalkan rencana kunjungannya, Jepang tak menutup kemungkinan bahwa Abe akan berkunjung ke Iran di lain kesempatan. Sebab Jepang memang telah mempertahankan hubungan yang stabil dengan Iran.
AS telah hengkang dari kesepakatan nuklir Iran pada 8 Mei. Trump menilai kesepakatan itu masih belum memadai karena memberi ruang kepada Iran untuk mengembangkan rudal balistiknya. Dalam kesepakatan tersebut memang tak disinggung perihal kegiatan pengembangan rudal Iran.
Kesepakatan yang ditandatangani pada 2015 itu hanya mewajibkan Iran untuk tidak memanfaatkan nuklir untuk kepentingan militer. Nuklir hanya diizinkan digunakan untuk kepentingan sipil atau energi saja. Sebagai gantinya, sanksi ekonomi yang diterapkan kepadanya akan dicabut.
Setelah menarik diri dari kesepakatan nuklir, AS mengancam akan menjatuhkan sanksi terberat bagi Iran. Sanksi pun akan dijatuhkan kepada negara-negara yang menjalin kerja sama ekonomi dengan Teheran.