REPUBLIKA.CO.ID, ATHENA -- Sebuah komite Yunani memberikan suaka pada Kamis (5/7) kepada seorang tentara Turki. Ia melarikan diri ke Yunani bersama tujuh petugas lainnya setelah kasus kudeta terhadap Presiden Turki Tayyip Erdogan pada 2016.
Keputusan itu diperkirakan akan membuat marah Ankara. Turki menuduh para buronan terlibat dalam kudeta dan menginginkan semuanya diekstradisi. Turki menyebut Athena menyembunyikan 'para pengkhianat'.
Namun tentara Turki itu menyangkal melakukan kesalahan. Mereka mengaku melarikan diri ke Yunani karena takut akan keselamatan dirinya. "Ini adalah petugas ketiga yang diberikan suaka (oleh komite)," kata salah satu pengacara yang menangani kasus tersebut seperti ditulis Reuters.
Pemerintah Yunani belum bersedia dimintai komentar. Untuk menjaga hubungan dengan Turki, pemerintah Yunani mengajukan banding atas keputusan komite yang memberikan suaka kepada dua tentara lainnya awal tahun ini. Tetapi pengadilan tinggi menolak permintaan itu.
Saat ini masih belum jelas apakah pemerintah akan mengajukan banding lagi. Panitia suaka adalah badan administratif independen.
Kasus ini telah membuat hubungan Yunani dan Turki memburuk. Ini juga menimbulkan ketegangan diplomatik atas sumber daya alam di Mediterania Timur dan krisis migran Eropa.
Delapan tentara telah dibebaskan dari penjara dan telah dipindahkan ke lokasi yang dijaga petugas. Sisa lima tentara masih menunggu keputusan tentang permohonan suaka mereka.
Dalam menolak permintaan ekstradisi Ankara, pengadilan Yunani mengatakan mereka tidak yakin bahwa kedelapan tentara itu akan menerima pengadilan yang adil di Turki. Athena mengatakan independensi peradilan harus dihormati.
Bulan lalu, Turki menghentikan kesepakatan migran bilateral dengan Yunani terkait masalah ini. Secara terpisah, pengadilan Turki telah menolak permintaan Yunani untuk pembebasan dua penjaga perbatasan, yang ditahan setelah melintasi perbatasan dalam cuaca buruk pada 1 Maret.