REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Juru bicara militer AS mengatakan mereka akan memastikan kebebasan navigasi, setelah Teheran mengisyaratkan kemungkinan akan menutup Selat Hormuz. Kapten Bill Urban, seorang juru bicara Komando Sentral militer AS, mengatakan kepada kantor berita Associated Press pada hari Rabu bahwa para pelaut AS dan sekutunya di kawasan siap untuk memastikan kebebasan navigasi dan aliran bebas perdagangan di mana pun hukum internasional mengizinkan.
Presiden Iran Hassan Rouhani pada Selasa mengisyaratkan Iran dapat menghentikan ekspor regional setelah AS menarik diri dari kesepakatan nuklir dengan kekuatan dunia. "Amerika mengklaim mereka ingin benar-benar menghentikan ekspor minyak Iran. Mereka tidak mengerti arti pernyataan ini, karena tidak memiliki arti bagi minyak Iran," kata dia dalam pernyataan.
Para pejabat Iran di masa lalu telah mengancam untuk memblokir Selat Hormuz, rute pengapalan minyak utama, sebagai pembalasan atas tindakan AS yang bermusuhan terhadap Iran. Secara terpisah, seorang komandan Pengawal Revolusi Iran senior mengatakan pada hari Rabu bahwa mereka siap untuk mencegah ekspor minyak regional jika penjualan minyak Iran dilarang oleh AS.
Memuji ucapan Rouhani, Mayor Jenderal Qassem Soleimani mengatakan dia siap untuk menerapkan kebijakan seperti itu jika diperlukan. "Saya mencium tangan Anda (Rouhani) untuk mengungkapkan komentar yang bijaksana dan tepat waktu, dan saya siap melayani Anda untuk menerapkan kebijakan apa pun yang melayani Republik Islam," kata Soleimani, komandan pasukan Quds.
Ia yang bertanggung jawab atas operasi asing untuk Garda Revolusi, mengatakan dalam sebuah surat yang diterbitkan oleh kantor berita negara IRNA. Dalam wawancara dengan Al Jazeera, Nader Hashimi, direktur untuk Studi Timur Tengah di University of Denver, mengatakan pendekatan hardline Presiden AS Donald Trump memaksa Iran untuk membuat ancaman balasan drastis.
"Apa yang kami lihat saat ini adalah akibat sanksi Amerika sepihak," katanya.
"Amerika Serikat telah mengejar kebijakan garis keras ini dan kepemimpinan Iran mulai panik" dan mendorong kembali," tambah Hashimi.
AS menarik diri dari kesepakatan multinasional pada bulan Mei untuk mencabut sanksi terhadap Iran sebagai imbalan atas pembatasan program nuklirnya. Washington sejak itu mengatakan kepada negara-negara bahwa mereka harus menghentikan semua impor minyak Iran mulai 4 November atau menghadapi langkah-langkah keuangan AS, tanpa pengecualian.