Senin 09 Jul 2018 04:00 WIB

Kemenlu: Perang Psikologis Targetkan Hubungan Iran-Eropa

Perwakilan Inggris, Jerman, Rusia dan Prancis bertemu dengan Iran pada Jumat (6/7)

Rep: Eko Supriyadi/ Red: Nidia Zuraya
Sanksi terhadap Iran (ilustrasi)
Sanksi terhadap Iran (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Iran menyebut ada 'perang psikologis' yang menargetkan hubungannya dengan Eropa. Hal tersebut diungkapkan pemerintah Iran setelah laporan bahwa aset Iran di Jerman telah dibekukan menjelang penerapan kembali sanksi AS untuk negara Islam tersebut.

Laporan pembekuan datang ketika para menteri dari Inggris, Cina, Perancis, Jerman dan Rusia bertemu dengan Iran di Wina pada Jumat (6/7) lalu, untuk memberikan paket ekonomi kepada Teheran guna mengkompensasi sanksi AS yang mulai berlaku Agustus.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Bahram Qassemi mengatakan, delegasi Jerman, bersama dengan delegasi lainnya, memeriksa bagaimana menemukan mekanisme yang lebih baik untuk meningkatkan kerja sama ekonomi dan perbankan antara kedua negara.

"Sayangnya, selama beberapa hari dan terakhir Ahad bertepatan dengan negosiasi Iran dan P4 +1, sebuah kampanye pembuatan berita dan perang psikologis telah berlangsung oleh negara-negara trans-regional tertentu dan kelompok-kelompok yang dengki untuk mengganggu hubungan Iran dengan Eropa, yang perlu dihadapi melalui kewaspadaan," katanya, dikutip dari Presstv, Ahad (8/7).

Namun, Qassemi menepis klaim bahwa aset Iran di Jerman telah dibekukan, dan mengatakan hubungan ekonomi antara kedua negara itu berjalan normal. Satu-satunya berita tentang pembekuan uang Iran di Jerman terjadi pada Januari lalu, ketika Bank Sentral Iran (CBI) dilaporkan akan menggugat anak perusahaan operator pertukaran saham Jerman Deutsche Borse untuk memegang aset Iran senilai 4,9 miliar dolar AS.

Menurut Deutsche Borse pada saat itu, CBI telah mengajukan pengaduan terhadap Clearstream di pengadilan di Luksemburg, di mana penyedia layanan pasca-perdagangan didasarkan. Aset yang dicari dilaporkan sekitar 1,9 miliar dolar AS yang telah beralih ke AS ditambah bunga selain kerusakan senilai jumlah yang sama.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement