REPUBLIKA.CO.ID, TUNIS -- Sedikitnya enam tentara penjaga nasional Tunisia tewas pada Ahad (8/7) dalam serangan yang dilakukan oleh kelompok bersenjata di dekat perbatasan Aljazair. Seorang juru bicara penjaga nasional, Kolone Houssemeddine Jbabli, mengatakan kepada The Associated Press, enam anggota penjaga nasional tewas dan tiga orang terluka.
Menurut lembaga pemantau ekstremis SITE, sebuah kelompok militan yang terkait dengan Alqaida, batalyon Uqba bin Nafi, mengaku bertanggung jawab atas serangan itu. Uqba bin Nafi mengatakan, para pejuangnya meledakkan sebuah peledak untuk membidik orang-orang Tunisia yang dilihat sebagai agen-agen Barat. Namun klaim itu tidak dapat segera diverifikasi.
Serangan itu terjadi di wilayah Ghardimaou, daerah pegunungan terpencil di bagian barat Tunisia. Para milisi dikenal menggunakan wilayah perbatasan pegunungan sebagai basis.
Mengutip seorang pejabat keamanan di tempat kejadian, TAP mengatakan sembilan anggota sedang berpatroli di dua kendaraan dan sebuah granat dilemparkan ke kendaraan pertama. Aksi kontak senjata tak dapat terhindarkan. Belum jelas berapa banyak penyerang di sana atau apakah ada korban di antara mereka.
Baca juga, Pariwisata Tunisia Pulih Usai Serangan Teror.
Menteri Dalam Negeri Ghazi Jribi dikirim ke daerah itu oleh Perdana Menteri Youssef Chahed untuk mengawasi perburuan para penyerang. "Kami akan membalas dendam para martir kami dan kami tanpa henti akan mengejar para teroris ke tempat persembunyian terakhir mereka," kata Jribi. "Perang melawan terorisme adalah pertempuran jangka panjang, tetapi fenomena ini tidak memiliki masa depan di Tunisia."
Tunisia adalah target serangan mematikan oleh kelompok radikal yang menewaskan puluhan orang di sebuah resor pantai dan museum terkemuka di negara itu pada 2015. Ancaman keamanan tampaknya telah berkurang sejak saat itu.
Setelah insiden pada Ahad, kementerian kebudayaan mengatakan semua acara artistik dan budaya yang dijadwalkan harus ditunda.