REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Korea Selatan menunda simulasi dan latihan pertahanan sipil (ulchi) yang biasa dilakukan setiap tahun pada musim panas atau sekitar Agustus. Hal ini dilakukan untuk menghormati dan mendukung proses denuklirisasi Korea Utara.
Keputusan yang dikeluarkan pada Selasa (10/7) ini sudah diantisipasi masyarakat setempat, khususnya setelah pertemuan antara Presiden Korsel Moon Jae-in, Pemimpin Korut Kim Jong-un, dan Presiden Amerika Serikat Donlad Trump. Biasanya setiap tahun, Korsel dan AS melakukan latihan militer gabungan sekaligus simulasi perang pada masyarakat.
Pada saat dilakukan ulchi, di jalanan akan terdengar suara sirene serangan udara. Masyarakat di jalanan langsung menyingkir dan masuk ke dalam gedung yang terdapat tempat penampungan, mobil-mobil yang berjalan harus segera berhenti. Sementara itu pekerja pemerintahan dievakuasi dari kantor mereka.
"Penangguhan ini adalah bentuk tindak lanjut dari penangguhan latihan militer, terkait perubahan hubungan antara Korsel dan Korut dan situasi keamanan negara," kata Menteri Keamanan Dalam Negeri Korsel, Kim Boo-kyum, dikutip Time, Selasa (12/7).
Ia juga mengatakan, pemerintah dan pihak militer akan bekerja mendesain program pertahanan sipil yang akan diluncurkan tahun depan. Program ini dilakukan untuk mempersiapkan warga terkait adanya peperangan, bencana alam, dan serangan teror.
Ulchi mulai dilakukan di Korsel sejak tahun 1968. Peristiwa tersebut terjadi setahun setelah kegagalan Korut membunuh mantan Presiden Korsel Park Chung-hee. Pelatihan dan simulasi ini menuai banyak kritik khususnya mempertanyakan keefektifan ulchi apabila benar terjadi perang.
Pasalnya, banyak masyarakat mengaku tidak mengetahui dimana tempat penampungan terdekat dari rumah mereka. Selain itu, banyak pula sekolah yang tidak berpartisipasi terhadap ulchi tersebut.