REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan hubungan bilateral Rusia dengan Israel berkembang cukup positif. Hal itu ia ungkapkan ketika bertemu Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Moskow pada Rabu (11/7).
"Hubungan bilateral kami berkembang cukup positif. Ini menyangkut kerja sama kami, tidak hanya di bidang ekonomi, tapi juga politik," kata Putin, dikutip laman kantor berita Rusia, TASS.
Putin menyebut kerja sama militer antara Rusia dan Israel juga berkembang cukup positif. "Hubungan antara departemen pertahanan berada pada tingkat yang tinggi juga," ujarnya.
Selain membahas hubungan bilateral, Putin dan Netanyahu membicarakan sejumlah isu, terutama terkait situasi Suriah. Netanyahu menyampaikan kekhawatirannya kepada Putin tentang kehadiran militer Iran di negara tersebut.
Ia menilai, hal itu ancaman keamanan serius bagi Tel Aviv. Di sisi lain, Rusia merupakan sekutu utama Suriah. Oleh sebab itu, Netanyahu ingin mengajak Rusia bekerja sama, khususnya terkiat situasi di Suriah.
"Kerja sama antara kami adalah faktor paling penting yang dapat menstabilkan seluruh kawasan," kata Netanyahu.
Israel telah melancarkan serangan udara ke fasilitas-fasilitas militer Iran atau terafiliasi Iran di Suriah pada Mei lalu. Namun dalam pernyataan resminya, Israel tak mengungkapkan fasilitas militer apa saja yang diserang.
Mereka hanya menyebut bahwa lima senjata antipesawat Suriah turut hancur dalam serangan tersebut. Kendati demikian, Presiden Suriah Bashar al-Assad telah menegaskan bahwa tak ada kehadiran militer Iran di negaranya.
Teheran tak pernah menempatkan pasukan apa pun di Suriah. Iran hanya mengutus penasihat militer untuk membantu Suriah menghadapi kelompok-kelompok pemberontak.