REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah membuat Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) di Brussels, Belgia, gaduh. Hal itu dipicu kritik yang dilayangkan Trump kepada negara-negara Eropa anggota NATO, terutama terkait anggaran belanja pertahanan mereka.
Trump mengatakan, hingga saat ini masih banyak negara anggota NATO yang belum memenuhi komitmennya dalam anggaran belanja pertahanan yang disepakati pada 2014, yakni sebanyak 2 persen dari pendapatan nasional. Padahal anggaran tersebut vital untuk melawan ancaman, mulai dari modernisasi militer Rusia hingga serangan teroris di Eropa.
"Apa gunanya NATO jika Jerman membayar Rusia miliaran dolar untuk gas dan energi? Mengapa hanya ada lima dari 29 negara yang telah memenuhi komitmen mereka? AS membayar untuk perlindungan Eropa, kemudian kehilangan miliaran dolar dalam perdagangan. Harus membayar dua persen dari produk domestik bruto (PDB) segera, bukan pada 2025," kata Trump melalui akun Twitter pribadinya, Kamis (12/7).
Lima dari 29 negara anggota NATO telah mencapai target pengeluaran setidaknya 2 persen dari PDB-nya untuk pertahanan. Hal itu termasuk AS yang menghabiskan 3,5 persen dan Inggris lebih dari 2 persen dari PDB masing-masing. "Semua negara anggota NATO harus memenuhi komitmen 2 persen mereka, dan itu harus mencapai 4 persen," kata Trump.
Trump menganggap desakannya terhadap negara anggota NATO sangat penting, terutama bagi warga AS yang telah mengeluarkan pajak untuk membiayai anggaran pertahanan. Sementara negara anggota NATO lainnya tak memenuhi anggaran pertahanan yang telah disepakati. "Situasi saat ini tidak proporsional dan tidak adil bagi pembayar pajak di AS," ucapnya.
Tak hanya itu, dalam sesi pertemuan tertutup, Trump dikabarkan mengancam akan menarik AS dari NATO. Hal itu berkaitan dengan desakannya perihal peningkatan anggaran pertahanan. Namun dua sumber NATO menyangkal kabar tersebut.
Beberapa pemimpin negara pun menepis kabar tersebut. Mereka menyebut Trump bersikap lebih tenang saat sesi pertemuan. "Dia (Trump) dalam suasana hati yang baik dan mengatakan Eropa adalah benua yang dia hargai," kata Perdana Menteri Luksemburg Xavier Bettel.
Hal senada diungkapkan Presiden Prancis Emmanuel Macron. Ia mengatakan atmosfer KTT NATO sebenarnya jauh lebih tenang daripada yang dikatakan orang-orang. Ia melihat semua negara, termasuk AS, masih memiliki kemauan untuk mempertahankan blok tersebut.
Kanselir Jerman Angela Merkel menyatakan hal serupa. "Kami memiliki pertemuan puncak yang sangat intens," ujarnya.
Jerman merupakan negara yang menjadi sasaran kritik dan protes Trump saat KTT NATO dimulai pada Rabu (11/7). Trump menuding Jerman telah dikendalikan Rusia. Tudingan ini berangkat dari kerja sama yang dijalin Jerman dengan Rusia dalam bidang energi.
"Saya harus mengatakan, saya pikir itu sangat menyedihkan ketika Jerman membuat kesepakatan minyak dan gas besar-besaran dengan Rusia, di mana kita seharusnya berhati-hati terhadap Rusia," kata Trump.
Trump berpendapat seharusnya hal itu tak terjadi. "Jerman sepenuhnya dikendalikan Rusia karena mereka akan mendapatkan 60-70 persen energinya dari Rusia dan pipa kilang minyak baru," katanya.
Pipa kilang minyak baru yang disinggung Trump diyakini mengacu pada jalur pipa Nord Stream 2. Pipa bawah laut itu akan membentang dari Rusia ke pantai Baltik timur laut Jerman, melewati negara-negara Eropa timur seperti Polandia dan Ukraina. Pipa Nord Stream 2 sekaligus akan menggandakan pasokan gas Rusia ke Jerman. Selain AS, beberapa anggota Uni Eropa lainnya juga telah memperingatkan bahwa jalur pipa tersebut sangat berpotensi memberi Moskow pengaruh yang lebih besar atas Eropa Barat.
Trump mendesak NATO untuk melakukan penyelidikan terhadap hal tersebut. Namun Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg menganggap tak ada yang salah dengan kerja sama energi antara Jerman dan Rusia. "Bahkan selama Perang Dingin, sekutu NATO melakukan perdagangan dengan Rusia," ujarnya.