Jumat 13 Jul 2018 18:31 WIB

Anak-Anak Tim Sepak Bola Thailand Hadapi 'Ketenaran'

Anak-anak harua hidup senormal mungkin.

Rep: Farah Noersativa/ Red: Dwi Murdaningsih
Foto tangkapan video menunjukkan tiga anggota sepak bola remaja Thailand yang diselamatkan dari gua di rumah sakit di Mae Sai, Chiang Rai, Rabu (11/7).
Foto: Thailand Government Spokesman Bureau via AP
Foto tangkapan video menunjukkan tiga anggota sepak bola remaja Thailand yang diselamatkan dari gua di rumah sakit di Mae Sai, Chiang Rai, Rabu (11/7).

REPUBLIKA.CO.ID,CHIANG RAI -- Sebanyak 12 anak-anak dan seorang pelatih sepak bola di Thailand berhasil diselamatkan dan dievakuasi selama tiga hari oleh para penyelam internasional, usai terperangkap di gua Tham Luang di Chiang Rai, Thailand yang banjir. Usai penyelamatan yang dramatis itu, kini ke-13 orang itu harus menghadapi tantangan baru, yakni ketenaran.

Dilansir di Reuters, menurut pejabat kesehatan setempat, anak-anak yang rata-rata berusia 11 hingga 16 tahun dan pelatihnya itu akan menghabiskan setidaknya satu pekan di rumah sakit dan satu bulan di rumah. Dia menyebut, penyelamatan yang penuh dengan risiko itu telah dijalani mereka sehingga memikat dunia.

"Dunia sedang menyaksikan," kata Kham-oey Promthep (64), nenek dari Duangpetch Promthep, atau Dom (13), yang merupakan kapten tim sepak bola Wild Boars itu.

Dia melanjutkan, cucunya itu terperangkap di gua dan menurutnya, semua orang di negara ini dan dari seluruh dunia datang dan membantu mereka.  “Apa yang harus kami berikan kepada mereka sebagai imbalan? Kami tidak punya apa-apa, jadi dia pasti anak yang baik sebab mereka sudah menghadapi tekanan yang memberikan harapan," ujar Kham-oey.

Perhatian global kepada nasib mereka dan penyelamatan multinasional telah menempatkan wilayah itu dengan kuat di peta. Rencananya, pemerintah setempat akan membuat sebuah museum untuk memamerkan penyelamatan di wilayah itu.

Sementara, menurut seorang dokter dari  Institute of Psychiatry, Psychology and Neuroscience di King's College di London, Dr Andrea Danese, anak-anak itu harus hidup senormal mungkin. 

“Anak-anak harus kembali ke kehidupan normal mereka, ke rutinitas sehari-hari mereka, untuk sepenuhnya menghargai bahwa ancaman sudah berakhir,” kata Danese.

Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha telah meminta agar anak-anak diberikan waktu dan ruang pribadi untuk pulih. "Cara terbaik adalah tidak mengganggu mereka dan membiarkan mereka belajar," katanya kepada wartawan pekan ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement