REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD -- Bank sentral Pakistan meningkatkan suku bunga di tengah tekanan ekonomi yang melanda negara itu. Nilai yang ditingkatkan ditargetkan sebesar 7,5 persen dari sebelumnya 6,5 persen.
Peningkatan bear 100 basis poin tersebut telah diprediksi oleh sembilan ekonom dalam survei yang diadakan Bloomberg. Paksitan mengambil langkah untuk menaikkan suku bungan tertinggi sejak November 2008.
Tekanan ekonomi di negara Asia Selatan itu datang seiring pemilihan umum yang dijadwalkan digelar pada 25 Juli mendatang. Terdapat spekulasi bahwa Pakistan harus mencari dukungan IMF karena defisit yang melebar dan cadangan devisa yang bekurang.
"Defisit neraca transaksi berjalan semakin buruk, kami ingin menekan permintaan agregat," ujar Gubernur Bank Sentral Pakistan Tariq Bajwa dilansir Bloomberg, Ahad (15/7).
Perekonomian Pakistan mengalami tekanan yang ditunjukkan mulai Desember 2017 lalu. Mata uang negara kedua terbesar di Asia Selatan itu mengalami tiga devaluasi yang menjadikannya menjadi ‘pemain’ terburuk di Asia.
Menteri Keuangan Pakistan Shamshad Akhtar mengtakan negaranya tengah menghadapi sejumlah tantangan yang sangat menakutkan. Harga-harga meningkat sebesar 5,2 persen pada Juni lalu dan terus mengalami peningkatan yang cepat.
Kesenjangan akut negera itu saat ini disebut melebar sebesar 45 persen, menjadi 16 miliar dolar AS dalam 11 bulan terakhir. Cadangan devisa Pakistan juga telah turun ke level terendah sepanjang 3,5 tahun terakhir ini.
"Momentum dalam ekonomi akan terus melambat hingga ada kejelasan yang tegas tentang isu-isu politik yang bisa memakan waktu beberapa bulan," jelas ekonom Sakib Sherani.