Ahad 15 Jul 2018 12:16 WIB

Uni Eropa akan Buka Kembali Misi Diplomatik di Libya

Uni Eropa merelokasi delegasi Libya ke Tunis pada 2014.

Rep: Marniati/ Red: Ani Nursalikah
Petugas keamanan berjaga-jaga di Bengazi, Libya
Foto: reuters
Petugas keamanan berjaga-jaga di Bengazi, Libya

REPUBLIKA.CO.ID, TRIPOLI -- Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa (UE) Federica Mogherini mengunjungi ibu kota Libya, Tripoli. Ia akan membuka kembali kehadiran diplomatik UE dan misi bantuan perbatasan.

"Kembalinya kehadiran diplomatik Uni Eropa di Libya akan semakin memperkuat kerja sama dengan pemerintah, pemerintah lokal dan PBB," kata UE dalam sebuah pernyataan pada Sabtu (14/7).

Uni Eropa merelokasi delegasi Libya ke Tunis pada 2014, karena negara itu berada dalam kekacauan setelah pemberontakan 2011 yang menggulingkan dan menewaskan  Muammar Gaddafi. Mogherini bertemu kepala Pemerintahan Perdana Menteri Persetujuan Nasional Libya Fayez al-Sarraj dan Menteri Luar Negeri Mohamed al-Taher Siala, bersama utusan PBB untuk Libya Ghassan Salame.

"Kehadiran kami di sini sekarang akan jauh lebih teratur. Saya mengadakan pertemuan yang sangat baik dengan Presiden al-Sarraj, kami membahas dukungan yang diberikan Uni Eropa kepada Libya, kepada rakyat Libya," kata Mogherini.

Ia mengatakan UE adalah mitra pertama Libya untuk bantuan kemanusiaan, pembangunan dan  ekonomi. UE tidak hanya akan memberikan dukungan untuk proses politik di Libya, tetapi juga persiapan untuk pemilihan. "Kami juga telah mendiskusikan proyek-proyek baru," tambahnya.

Para pemimpin Libya menyetujui kesepakatan yang diperantarai Perancis pada Mei untuk mengadakan pemilihan pada akhir tahun ini. Tetapi masih ada kekhawatiran  apakah pemungutan suara dapat dilakukan.

Uni Eropa sangat ingin melihat kembalinya stabilitas di Libya untuk membantu membendung arus ribuan migran Afrika yang melakukan perjalanan melintasi Mediterania dari Afrika Utara. Bulan lalu, 28 pemimpinnya setuju  mempertimbangkan pembentukan "platform pendaratan" di luar blok. Kemungkinan besar di Afrika Utara, dalam upaya untuk mencegah para migran yang menaiki kapal-kapal yang terikat Uni Eropa.

Kelompok-kelompok kemanusiaan sangat kritis terhadap kemungkinan para migran akan dikirim ke Libya. Di sana para pengungsi menghadapi pelecehan, eksploitasi dan perdagangan.

Mogherini juga membahas pelatihan penjaga pantai Libya dan mengamankan perbatasan darat negara itu. Ia juga mengaku lega krisis minyak baru-baru ini telah diselesaikan. Perusahaan Minyak Nasional (NOC) yang bermarkas di Tripoli mengumumkan pembukaan kembali empat terminal minyak setelah Jenderal Khalifa Haftar menyerahkan kendali pelabuhan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement