Senin 16 Jul 2018 19:32 WIB

UE Desak Trump dan Putin tak Rusak Tatanan Global

Tusk meminta AS, Rusia dan Cina bekerja sama dengan Eropa untuk hindari perang dagang

Rep: Rizkyan Adhiyuda/ Red: Bilal Ramadhan
Donald Tusk
Foto: Reuters/Peter Andrews
Donald Tusk

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Presiden Dewan Uni Eropa (UE), Donald Tusk meminta Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk tidak merusak tatanan ekonomi dan politik. Dia meminta AS, Rusia dan Cina bekerja sama dengan Eropa guna menghindari perang dagang yang berujung pada konflik dan kerusuhan.

"Sudah menjadi tugas bersama bagi AS, Cina dan Rusia untuk tidak menghancurkan tatanan yang sudah ada tapi justru memperbaikinya, sehingga tidak menimbulkan perang dagang yagn berujung pada konflik," kata Donald Tusk.

Pernyataan tersebut dia sampaikan dalam konferensi pers bersama dengan Wakil Presiden Cina Li Keqiang. Keduanya tengah berdiskusi dalam pertemuan reguler terkait ekonomi UE-Cina.

Pertemuan itu juga dilakukan menyusul tingginya tarif yang ditetapkan Trump terkait barand dagang asal Cina, Eropa dan mitra dagang lainnya. Tusk meminta kedua kepala negara untuk berani dan bertanggung jawab mereformasi Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) yang merupakan regulator perdagangan global, dengan memperbarui aturan terkait kebijakan teknologi dan industri BUMN yang dipermasalahkan Beijing dengan mitra dagang mereka.

Presiden Trump sebelumnya juga telah melontarkan kritik kepada WTO merukan lembaga usang. Hal tersebut membuat Trump bermain diluar aturan hingga dinilai merendahkan nilai-nilai perdagangan global.

"Masih ada waktu untuk mencegah konflik. Saat ini kita mengalami dilema, antara bersikap tegas seperti perang tarif atau konflik lainnya seperti di Suriah dan Ukraina atau mencari solusi berdasarkan aturan yang adil," kata Tusk.

Kebijakan tarif yang diberlakukan Trump telah mendapatkan ktirik dari pemerintah negara lain, bahkan sekutu AS. Mereka menilai, Trump telah bermain di luar aturan WTO saat menerapkan tarif 25 persen dari 34 miliar dolar barang dagang asal Cina.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement