REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Save the Children menyatakan setidaknya ada sebanyak 363 anak yang tewas dan 992 luka-luka pada paruh pertama 2018 di Afghanistan. Data ini menunjukkan ada peningkatan yang mengkhawatirkan dalam hal serangan terhadap fasilitas pendidikan.
Dilansir Anadolu Agency, Selasa (17/7), Save the Children dalam sebuah pernyataan tertulisnya mengungkapkan, serangan terhadap fasilitas pendidikan memang cukup mengkhawatirkan karena setidaknya ada 12 serangan yang terjadi di Provinsi Nangarhar di bulan lalu. Kesimpulan tersebut didapatkan berdasarkan pada laporan Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) terbaru di Afghanistan.
Misi Bantuan PBB di Afghanistan (UNAMA) pada hari Ahad kemarin juga telah mengkonfirmasi bahwa ada total 5.122 sipil yang menjadi korban. Dari jumlah itu, 1.692 adalah korban tewas dan 3.430 adalah korban cedera.
Jumlah ini terhitung sejak pada paruh pertama tahun ini, di mana PBB mulai mendokumentasikan korban sipil pada 2009. "Sangat memprihatinkan melihat begitu banyak warga sipil terbunuh di Afghanistan, di mana telah terjadi kemerosotan dalam situasi keamanan dalam beberapa tahun terakhir," kata direktur negara Save the Children di Afghanistan, Onno van Manen.
Laporan PBB tersebut, menjadikan kelompok ISIS sebagai pihak yang paling bertanggungjawab atas tercecernya 52 persen korban dan sebanyak 40 persennya merupakan tanggungjawab Taliban.