REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Pejabat PBB, Selasa (17/7) mendesak negara anggota agar mendukung reaksi kemanusiaan dan revitalisasi Afrika Barat serta Sahel. Wakil Khusus Sekretaris Jenderal PBB untuk Afrika Barat dan Sahel Mohamed Ibn Chambas mengeluarkan pernyataan itu saat memberi penjelasan kepada Dewan Keamanan mengenai kegiatan baru-baru ini Kantor PBB untuk Afrika Barat dan Sahel (UNOWAS).
Ia mendesak negara anggota PBB agar mendukung reaksi kemanusiaan dan revitalisasi wilayah tersebut. Dia menuturkan kerusuhan antara petani dan peternak makin menjadi ancaman keamanan besar, dan berresiko berubah jadi serangan teror yang telah mengancam keamanan.
Dalam perkembangan lain, katanya, perompakan di Teluk Guinea meningkat. Penyelundupan narkotika dan penyelundupan senjata ringan serta senjata kecil, termasuk oleh kelompok teror, menimbulkan ancaman besar.
Sejak terakhir berbicara dengan Dewan Keamanan, katanya, perkembangan positif di bidang demokratisasi diiringi kondisi keamanan yang rentan di wilayah tersebut. Di Sahel dan Lembah Danau Chad, rembesan krisis Mali terus mempengaruhi Burkina Faso dan Niger, dan kelompok teror terus menimbulkan kerusakan di seluruh wilayah itu.
"Rumitnya serangan baru-baru ini adalah akibat yang mengkhawatirkan dari perhimpunan kekuatan kelompok milisi Sahel dan Afrika Barat," katanya.
Ia menambahkan gerakan perlawanan lokal juga menyebar, menambah parah konflik antar-masyarakat dan merusak pemerintah lokal. Saat menyampaikan keprihatinan mengenai dugaan pelanggaran hak asasi manusia oleh pasukan keamanan di wilayah tersebut, ia menyeru pemerintah agar menyeret pelaku pelanggaran ke pengadilan.