REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA -- Seorang ayah dari tiga orang anak yang menjadi korban penembakan pesawat Malaysia Airlines di Ukraina mengecam sikap Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Dia mengaku geram melihat sikap yang ditunjukkan Trump usai bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Anak-anak Anthony Maslin merupakan korban di antara 298 penumpang serta awak pesawat yang tewas saat maskapai MH17 ditembak di Ukraina pada 2014 lalu. Berdasarkan hasil penyelidikan, pesawat jatuh usai ditembak rudal milik Rusia.
Kecaman yang diberikan Anthony Maslin kepada Trump berfokus pada dukungan yang diperlihatkan atas kebohongan Putin terkait interfensi pemilihan presiden AS pada 2016 lalu.
Presiden AS Donald Trump (kiri) dan Presiden Rusia Vladimir Putin (kanan) bersalaman dalam pertemuan di Helsinki, Senin (16/7).
Menurut Maslin, mengacu pada fakta yang ditemukan dalam insiden itu, pesawat benar-benar jatuh ditembak oleh rudal Rusia. Peristiwa itu telah membunuh tiga anak serta menghancurkan kehidupannya dan kehidupan keluarga korban lainnya.
"Pria yang telah Anda 'jilat' itu telah melakukannya dan dia (Putin) terus berbohong soal itu, bahkan di atas fakta yang tidak terbantahkan," kata Anthony Maslin menggunakan kata-kata kasar seperti diwartakan BBC, Rabu (18/7).
Presiden Putin lantas membantah tuduhan tersebut. Dia selalu mengatakan, Rusia tidak memiliki hubungan apapun terkait peristiwa penembakan pesawat MH17 tersebut.
Sementara, korban dari peristiwa itu termasuk 193 warga negara Belanda, 43 warga Malaysia, dan 27 warga asal Australia. Korban lainnya juga berasal dari Indonesia, Inggris, Belga, Jerman, dan Filipina. Saat itu, MH17 terbang dari Amsterdam menuju Kuala Lumpur.