REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyuarakan keprihatinan atas eskalasi terbaru yang terjadi di Jalur Gaza. Ia mendesak Israel dan Hamas untuk menahan diri dan menghindari konflik yang menghancurkan.
"Saya sangat prihatin atas eskalasi kekerasan yang berbahaya di Gaza dan Israel selatan. Saya sangat menyesalkan hilangnya nyawa. Sangat penting semua pihak segera mundur dari jurang konflik lain yang menghancurkan," kata Guterres dalam sebuah pernyataan lada Sabtu (21/7), dikutip laman UN News.
Guterres secara khusus meminta Hamas dan kelompok perlawanan Palestina lainnya menghentikan peluncuran roket dan layang-layang api di perbatasan Gaza-Israel. Ia juga mendesak Israel menahan diri guna mencegah situasi kian memanas.
"Setiap eskalasi lebih lanjut akan membahayakan kehidupan masyarakat Palestina dan Israel, memperdalam bencana kemanusiaan di Gaza serta merusak upaya saat ini untuk meningkatkan mata pencaharian dan mendukung kembalinya Otoritas Palestina ke Gaza," ujar Guterres.
Pada Jumat lalu Israel mengerahkan tank, jet tempur, dan tembakan artileri ke Gaza. Serangan besar-besaran dilancarkan dalam rangka merespons penembakan terhadap pasukannya di sepanjang perbatasan Gaza.
Salah satu target yang diserang tank dan jet tempur Israel adalah situs Ezzedine al-Qassam, sayap bersenjata gerakan Hamas. Tiga warga Palestina dilaporkan tewas dalam serangan tersebut.
Militer Israel, dalam sebuah pernyataan mengungkapkan bahwa serangan secara khusus mengincar titik-titik yang diduga milik Hamas. "Hamas memilih untuk meningkatkan ketegangan dan akan menanggung konsekuensi dari tindakan ini," kata militer Israel.
Sejak akhir Maret, situasi di Jalur Gaza memang telah memanas, yakni ketika ribuan warga Palestina di sana menggelar demonstrasi di perbatasan Israel. Mereka menuntut Israel mengembalikan tanah yang telah direbutnya pasca-Perang Arab 1948. Massa pun menyuarakan kecaman terhadap Amerika Serikat (AS) yang memindahkan kedutaan besarnya ke Yerusalem.
Namun aksi massa itu direspons secara ganas oleh pasukan keamanan Israel. Tak hanya meluncurkan gas air mata, penembak jitu Israel juga menembaki warga di sana. Lebih dari 100 orang tewas dan ribuan lainnya luka-luka sejak aksi digelar pada Maret lalu.