REPUBLIKA.CO.ID, SANAA -- Utusan PBB Martin Griffiths tiba di ibu kota Yaman, Sanaa pada Rabu (25/7) untuk melakukan pembicaraan damai dengan militan Houthi. Pembicaraan tersebut dimaksudkan untuk mengakhiri konflik di Yaman yang telah berlangsung selama empat tahun.
Dilansir Anadolu, Rabu (25/7), Griffiths mendarat di Bandara Internasional Sanaa dari ibu kota Saudi Riyadh. Pembicaraan utusan PBB dengan militan Houthi diperkirakan akan fokus pada rencana yang diusulkan untuk menghentikan pertempuran di provinsi pesisir Al-Hudaydah.
Griffiths telah bertemu dengan Perdana Menteri Yaman Ahmed bin Daghr di Riyadh untuk mendengarkan tanggapan resmi pemerintah terhadap usulan yang diajukannya. Menurut Menteri Luar Negeri Yaman Khaled al-Yamani, rencana itu menyerukan penarikan total Houthi dari Al-Hudaydah dan penempatan pasukan polisi Yaman di sana. Itu juga meminta PBB untuk memperbaiki pekerjaan di bandara Al-Hudaydah.
Bulan lalu, pasukan pemerintah Yaman, didukung oleh koalisi militer yang dipimpin Saudi melakukan operasi yang luas untuk merebut kembali Al-Hudaydah dan pelabuhan strategisnya dari pemberontak Houthi. Namun, Uni Emirat Arab (UEA), anggota koalisi pimpinan Saudi, mengumumkan jeda dalam operasi militer di kota pelabuhan awal bulan ini untuk memberikan ruang bagi pembicaraan yang bertujuan untuk penarikan Houthi dari provinsi tersebut.
Yaman terus didera kekerasan sejak 2014, ketika militan Houthi menguasai sebagian besar negara, termasuk Sanaa. Konflik meningkat pada 2015 ketika Arab Saudi dan sekutu Sunni-Arabnya meluncurkan kampanye udara besar-besaran di Yaman yang bertujuan untuk menggulingkan Houthi.
Kekerasan telah menghancurkan infrastruktur Yaman, termasuk sistem kesehatan dan sanitasi. PBB menggambarkan situasi di Yaman sebagai salah satu bencana kemanusiaan terburuk di zaman modern ini.
Baca: Korban Tewas Kebakaran Hutan di Yunani Tembus 80 Orang