Jumat 27 Jul 2018 16:23 WIB

Puluhan Ribu Mahasiswa Asing Ogah Kembali ke Negara Asal

Mahasiswa internasional di Australia memanfaatkan visa 485 untuk bekerja.

Red: Nur Aini
Mahasiswa asing di Australia.
Foto: ABC News
Mahasiswa asing di Australia.

REPUBLIKA.CO.ID,  MELBOURNE -- Mahasiswa internasional yang telah menyelesaikan pendidikannya di Australia cenderung bertahan di negara itu. Mereka memanfaatkan skema visa 485 yang belaku hingga empat tahun dan memungkinkan mereka bekerja.

Hal itu terlihat dari meningkatnya jumlah sarjana internasional dari berbagai negara yang mendapatkan Visa 485. Data Maret 2018, menunjukkan 50 ribu sarjana internasional itu tetap berada di Australia, meningkat tajam dari 16 ribu dalam tempo 12 bulan.

Peningkatan itu menimbulkan kekhawatiran politisi Partai Buruh yang beroposisi. Namun, Rektor Australian National University (ANU) Professor Brian Schmidt berpendapat para sarjana internasional ini tidak menggeser pekerja lainnya.

Juru bicara oposisi urusan keimigrasian Shayne Neumann mengatakan mahasiswa internasional merupakan kontributor penting bagi perekonomian. Namun, katanya, kenaikan jumlah pemegang visa 485 ini bisa memincu kekhawatiran sejumlah kalangan. "Menjadi tugas Pemerintahan Turnbull untuk memastikan integritas program migrasi Australia," katanya.

Tahun lalu, tercatat sebanyak 350 ribu mahasiswa internasional terdaftar di berbagai perguruan tinggi Australia. Angka itu meningkat sekitar 100 ribu dibandingkan tiga tahun sebelumnya.

Kesenjangan antara jumlah penerimaan mahasiswa dan kelulusan, serta pemberian visa 485, akan mendorong peningkatan sarjana internasional yang bertahan di Australia. Sesuai ketentuan yang ada, saat ini mahasiswa internasional diperbolehkan bekerja maksimal 20 jam per minggu saat masih kuliah. Namun, begitu mereka lulus, batasan jam kerja tersebut sudah ada lagi.

Skema itu memberikan visa yang berlaku dua tahun setelah tamat bagi jenjang pendidikan tinggi minimal dua tahun. Selain itu, visa hingga empat tahun untuk jenjang pendidikan tinggi dengan kualifikasi lebih tinggi. Skema tersebut juga telah membantu sejumlah sarjana internasional menjadi penduduk tetap (Permanent Resident). Namun data lainnya menunjukkan mayoritas sarjana internasional memilih kembali ke negara asalnya.

Tidak menggeser pekerja lainnya

Rektor ANU Prof Brian Schmidt mengatakan visa 485 memberikan fleksibilitas dan insentif keuangan kepada para mahasiswa. "Tetapi hal itu juga berarti lulusan kita ini, yang terdidik dengan sangat baik, berkesempatan untuk berkontribusi pada perekonomian Australia," katanya kepada ABC.

"Mereka tidak menggeser pekerja lainnya. Mereka ini orang-orang bernilai sangat tinggi yang sebenarnya sulit untuk didapatkan," ujarnya.

Laporan Komisi Produktivitas tahun 2015 menyatakan program imigrasi terbukti meningkatkan pasokan tenaga kerja muda. Sejak laporan itu dirilis, jumlah pemegang visa dimaksud telah meningkat lebih dari dua kali lipat.

Perubahan visa itu pada 2013 memberikan hak kerja lebih leluasa bagi mahasiswa yang telah lulus. Menurut Survei Kepuasan Mahasiswa Internasional tahun 2016, kesempatan bekerja di Australia setelah kuliah dipandang lebih penting daripada kesempatan bekerja paruh waktu selama kuliah.

Survei itu menyebutkan faktor-faktor terpenting bagi mahasiswa internasional berkuliah di Australia:

- Reputasi kualifikasi

- Reputasi universitas

- Reputasi pendidikan.

Sementara peluang bekerja di Australia setelah sarjana menjadi faktor yang berada di bawah faktor reputasi guru, peluang studi lebih lanjut dan kehidupan sosial.

Diterbitkan oleh Farid M Ibrahim dari artikel ABC Australia.

sumber : http://www.abc.net.au/indonesian/2018-07-27/tambah-banyak-mahasiswa-internasional-bertahan-di-australia-set/10043032
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement