REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Menteri Luar Negeri RI Retno LP Marsudi meresmikan beroperasinya situs replika pusat data (mirror site data center) pertama di luar negeri yang diberi nama Seoul Data Center.
Peresmian Seoul Data Center yang terletak di kantor KBRI Seoul itu dilakukan dengan penandatanganan prasasti pada Kamis (26/7), seperti disampaikan dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat (27/7).
Pada kesempatan tersebut, Menlu Retno menegaskan beberapa hal penting yang harus diperhatikan, yaitu kecepatan pelayanan dan keamanan data. Dalam keterangannya, Duta Besar RI untuk Korea Selatan Umar Hadi menyampaikan bahwa Seoul Data Center itu menawarkan konsep yang inovatif, terintegrasi, dan saling terhubung dengan pusat data di Jakarta.
"Dengan adanya Seoul Data Center ini diharapkan kualitas layanan dan kinerja sistem informasi Kemenlu dapat ditingkatkan," ujar Dubes Umar.
Seoul Data Center itu dibuat untuk kemudahan dan kelancaran akses sistem informasi dan aplikasi layanan publik, khususnya untuk pelayanan dan perlindungan warga negara Indonesia (WNI) di luar negeri. Data-data pada Seoul Data Center akan disinkronisasikan secara "real time" dengan data-data pada pusat data di Jakarta. Kementerian Luar Negeri bermitra dengan PT Telkom Indonesia dalam membangun Seoul Data Center.
Selain meresmikan Seoul Data Center, Menlu RI juga meninjau berbagai fasilitas pelayanan di KBRI Seoul. Menlu Retno menyaksikan sistem pendataan dan pelayanan WNI seperti lapor diri, perpanjangan paspor, pengaduan dan penanganan WNI yang terkena masalah dengan cara mudah dan cepat, yang salah satunya melalui aplikasi Whatsapp melalui sistem Whatsapp Center.
Pada kesempatan itu, Menlu Retno pun menegaskan pentingnya perlindungan dan pelayanan WNI yang merupakan salah satu prioritas politik luar negeri pemerintah Indonesia. "Perlindungan WNI merupakan salah satu prioritas polugri. Dari waktu ke waktu, inovasi teknologi perlindungan selalu diupayakan, misalnya dengan Whatsapp Center ini," ujar dia.
Dari sekitar 37 ribu WNI yang tinggal di Korea Selatan, 33 ribu orang di antaranya merupakan pekerja migran, dengan tingkat pendidikan mulai dari sekolah menengah pertama (SMP) hingga sarjana, yang tersebar hampir merata di seluruh pelosok Korsel.
"Untuk itu KBRI Seoul senantiasa berinovasi membangun sistem layanan dan sarana yang tepat dengan memperhatikan aspek dan kondisi WNI di Korea Selatan," kata Dubes Umar Hadi.