Jumat 28 Jul 2017 07:35 WIB

1.500 Pengungsi Tewas di Laut Tengah Sepanjang 2018

Dari 100 orang pengungsi Libya, lima persen di antaranya tewas saat menuju Italia.

Pengungsi Libya di atas perahu yang menyeberangi Laut Mediterania
Foto: Aljazeera
Pengungsi Libya di atas perahu yang menyeberangi Laut Mediterania

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Sedikit-dikitnya 1.500 pengungsi tewas di Laut Tengah sepanjang 2018. Jalur Libya menuju Italia menjadi yang paling mematikan, kata Organisasi Migrasi Internasional (IOM) pada Jumat.

Tahun ini adalah untuk kelima kali secara berturut-turut Laut Tengah memakan korban ribuan orang. Spanyol, yang menggantikan Italia sebagai tujuan utama pengungsi, menerima hampir 21.000 orang pada tahun ini atau lebih banyak dari tahun sebelumnya, kata IOM.

Secara keseluruhan, sekitar 55.000 pengungsi mendarat di tepi laut Eropa sepanjang tahun ini atau turun jauh dari masa sama tahun sebelumnya, yang mencapai 111.753 orang.

photo
Anggota tim pertolongan dari Spanyol Daniel Calvelo menggendong bayi pengungsi berumur 4 hari dalam perasi SAR yang dilakukan LSM Spanyol di Laut Mediterania 22 mil laut utara Kota Sabratha, Libya.

Italia --yang pemerintahan barunya menutup pelabuhan bagi kapal penyelamat pengungsi-- menerima sekitar 18.130 pendatang melalui jalur laut dari Libya sepanjang tahun ini. Pendatang lain tiba di Yunani, Malta, dan Siprus.

"Meski jumlah pendatang ke Italia sangat rendah, tingkat kematian di sepanjang jalur laut menuju negara tersebut telah mencapai titik tertinggi," kata juru bicara IOM, Joel Millman, dalam jumpa pers.

IOM dan badan pengungsi PBB UNHCR membenarkan kabar bahwa mereka akan menggelar pertemuan di Jenewa pada Senin untuk merundingkan pembentukan "titik pendaratan bersama". Di tempat itu nantinya para migran akan ditampung untuk sementara waktu sebelum permohonan suaka mereka diproses.

Ini merupakan upaya mempermudah penyelamatan pendatang. Mereka menolak mengungkap negara mana yang akan hadir dalam pertemuan tertutup itu.

Pada Selasa, Komisi Uni Eropa mengusulkan "titik pendaratan regional" yang kemungkinan besar akan berada di luar Uni Eropa.

Meski demikian, rencana itu masih belum jelas. Tidak disebutkan negara mana bersedia menjadi titik pendaratan. Sejumlah diplomat Uni Eropa mengatakan bahwa negara di kawasan Afrika Utara bisa menampung para migran untuk sementara waktu.

Sementara itu, untuk jalur pengungsi, IOM mengatakan bahwa jalur Libya menuju Italia adalah yang paling mematikan dengan prosentase lima persen atau lima orang tewas untuk setiap 100 pendatang, sementara tingkat kematian jalur Spanyol adalah satu berbanding 70.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement