REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Pemerintah Israel membuka kembali pintu masuk ke kompleks Masjid Al-Aqsa di Yerusalem Timur setelah menutupnya selama beberapa jam setelah shalat Jumat (26/7) pada waktu setempat. Usai shalat, terjadi bentrokan antara polisi Israel dan warga Palestina di dalam kompleks. Ada 15 jamaah Palestina yang terluka.
Juru Bicara Otoritas Wakaf Keagamaan yang dikelola Yordania, Firas Al-Dibs mengatakan ada sekitar 50 polisi Israel yang menyerbu Masjid Al-Qibali Al-Aqsa lalu menyerang jamaah Palestina yang sedang berada di dalam kompleks. "Ada 20 orang yang ditangkap," tutur dia dilansir Anadolu Agency, Sabtu (27/7).
Menurut Otoritas tersebut, ada sekitar 15 warga Palestina yang mengalami luka-luka termasuk tiga penjaga masjid. Seperti diketahui sebelumnya, pada Jumat (26/7)waktu setempat, puluhan orang Palestina diserang dan ditangkap setelah pasukan khusus Israel menyerbu Masjid Al-Qibali Al-Aqsa.
Pemerintah Yordania pun mengecam tindakan polisi Israel itu. Juru bicara pemerintah Yordania Jumana Ghneimat menuturkan, pihaknya mengutuk provokasi Israel yang berlangsung di kompleks Masjid Al-Aqsa, termasuk penyerbuan situs oleh polisi Israel dan serangan terhadap jamaah warga Palestina dan pegawai Otoritas Wakaf Agama.
"Praktek-praktek tercela seperti melanggar kesucian tempat suci ini, memprovokasi perasaan umat Islam di seluruh dunia, dan melanggar kewajiban hukum Israel sebagai kekuatan pendudukan di Yerusalem Timur," kata dia.
Ghneimat menjelaskan, serangan Israel ke kompleks Masjid Al-Aqsa merupakan pelanggaran konvensi internasional yang menekankan perlunya menghormati tempat-tempat ibadah. Bahkan ini mengakibatkan puluhan warga Palestina terluka ketika pasukan Israel memasuki kompleks masjid dan mulai menyerang jamaah Muslim.
Bagi Muslim, Al-Aqsa mewakili situs ketiga tersuci dunia. Sementara orang Yahudi menyebut daerah itu sebagai "Bukit Bait Suci", dan mengklaim itu adalah situs dari dua kuil Yahudi di zaman kuno.
Israel menduduki Yerusalem Timur selama Perang Timur Tengah 1967. Kemudian mengambil wilayah kota itu pada 1980, lalu kota itu diklaim sebagai ibu kota negara Yahudi dengan memproklamirkan diri dalam sebuah langkah yang tidak pernah diakui oleh masyarakat internasional. Pada akhir 2000, kunjungan ke Al-Aqsa oleh politisi kontroversial Israel Ariel Sharon memicu pemberontakan popular selama bertahun-tahun untuk melawan pendudukan Israel di mana ribuan orang Palestina kehilangan nyawa mereka.