Selasa 31 Jul 2018 17:52 WIB

Koloni Terbesar Penguin Raja Menurun 90 Persen

Koloni di Pulau Babi mewakili hampir sepertiga penguin raja di dunia.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Yudha Manggala P Putra
Pasangan penguin kaisar dan anak penguin di Auster Rookery, Antartika.
Foto: Frederique Olivier/Australian Antarctic Division (AAD)
Pasangan penguin kaisar dan anak penguin di Auster Rookery, Antartika.

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS — Koloni penguin raja terbesar di dunia disebut telah menurun hampir 90 persen dalam tiga dekade. Para peneliti menyatakan merasa khawatir.

Terakhir kali para ilmuwan menjejakkan kaki di pulau terpencil Pulau Babi (Ile aux Cochons), kepulauan Crozet, sub-Antartika, Prancis terdapat dua juta penguin yang tingginya sekitar satu meter. Tetapi citra satelit dan foto terbaru yang diambil dari helikopter menunjukkan populasi di sana telah berkurang dengan sisa hampir 200 ribu ekor.

Penelitian ini diterbitkan di Antartika Science. Pun, hal ini masih menjadi misteri bagi peneliti.

“Ini benar-benar tidak terduga dan sangat signifikan, karena koloni ini mewakili hampir sepertiga penguin raja di dunia,” ujar penulis utama Henri Weimerskirch, seorang ahli ekologi di Pusat Studi Biologi di Chize, Prancis, yang pertama kali melihat koloni pada tahun 1982, seperti yang dikutip dari Malay Mail, Selasa (31/7).

Perubahan iklim mungkin bisa jadi memainkan peran atas penurunan jumlah penguin raja. Pada tahun 1997, peristiwa El Nino membuat cumi-cumi dan ikan terdorong keluar dan mengakibatkan penguin sulit mencari makan.

“Hal ini mengakibatkan penurunan populasi dan pembibitan yang buruk untuk koloni penguin raja di wilayah tersebut,” katanya.

Selain itu, ada faktor lain yang mungkin berkontribusi terhadap penurunan koloni di Pulau Babi, yakni kepadatan berlebih. “Semakin besar populasinya, semakin ketat persaingan antar individu,” kata sebuah pernyataan dari Pusat Penelitian Ilmiah Nasional Prancis yang menandai penelitian tersebut.

Dampak dari kurangnya makanan semakin diperkuat dan dapat memicu penurunan angka yang cepat dan drastis. Namun, apa yang disebut efek tergantung kepadatan ini bisa diperburuk karena perubahan iklim.

Faktor lainnya, kemungkinan adalah penyakit kolera burung dan invasi spesies lain seperti tikus dan kucing.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement