REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Seorang pria pensiunan tentara melakukan bunuh diri dengan meledakkan granat di tengah lapangan sepak bola kosong di sebuah kota Belgia pada Selasa (31/7).
Pria berusia 65 tahun itu meninggalkan catatan selamat tinggal di rumahnya yang berada di dekat lokasi. Dalam pesan terakhir itu dia mengaku tidak bisa lagi menanggung beban hidup. Kantor kejaksaan menyimpulkan kasus ini sebagai insiden bunuh diri dan tidak mengungkap identitas pelaku.
Ledakan di tengah lapangan sepak bola itu awalnya menimbulkan kepanikan di Belgia, mengingat negara tersebut sudah beberapa kali mengalami kekerasan pegaris keras sepanjang beberapa tahun terakhir.
Verviers, sebuah kota industri dekat dengan Liege, pada 2015 menjadi tempat aksi tembak-menembak yang menewaskan dua orang, yang diduga terlibat dalam perencanaan serangan terorisme di Paris dan Brussel.
Namun, insiden di kota yang sama pada Selasa memberikan gambaran yang sangat berbeda. "Dia berjalan dengan tenang ke arah lingkaran di tengah lapangan," kata seorang saksi kepada surat kabar lokal La Meuse.
Setelah sampai di tengah lapangan pada jam 9.00 pagi musim panas yang hangat, dia kemudian meledakkan diri.
Baca juga, Pemanasan Global Berpotensi Tingkatkan Risiko Bunuh Diri.
Secara terpisah, pemanasan global dinilai berisiko mengganggu kesehatan manusia, termasuk kesehatan mental. Hal ini diungkapkan dalam sebuah studi terbaru yang dilakukan di Amerika Serikat dan Meksiko. Studi ini berupaya mencari hubungan antara peningkatan kejadian bunuh diri dan kenaikan suhu di Bumi.
Mulanya, beberapa peneliti menyadari puncak kejadian bunuh diri terbanyak terjadi di bulan-bulan yang memiliki suhu lebih hangat. Akan tetapi, belum ada penelitian yang mencari tahu lebih lanjut terkait hal ini.
Untuk mengurai hubungan antara kejadian bunuh diri dan suhu udara, Marshall Burke dari Stanford University memimpin sebuah penelitian baru. Burke dan tim mengolah beragam data untuk mencocokkan rasio bunuh diri dengan riwayat suhu udara dari ribuan daerah di Amerika dan Meksiko selama puluhan tahun terakhir.
Tak hanya itu, tim peneliti juga menganalisis perilaku pengguna media sosial. Tim peneliti juga menganalisis sekitar 600 juta cicitan yang mengandung kata-kata seperti 'bunuh diri', 'terjebak' dan 'kesepian'.