Sabtu 04 Aug 2018 02:02 WIB

Menlu Korut Tolak Ajakan Pertemuan Bilateral di Singapura

Korut menolak bertemu karena menurutnya itu bukan saat yang tepat

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Andi Nur Aminah
 Negosiator senior nuklir Korut, Ri Yong-ho.
Foto: AP
Negosiator senior nuklir Korut, Ri Yong-ho.

REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Menteri Luar Negeri Korea Utara (Korut) Ri Yong-ho menolak permintaan pertemuan bilateral dengan mitra Korea Selatan (Korsel) Kang Kyung-wha di sela-sela forum tahunan di Singapura, Jumat (3/8). Kang sempat bertemu dengan Ri pada jamuan makan malam di Forum Regional PBB Asia Tenggara.

Alasan Ri menolak bertemu karena menurutnya itu bukan saat yang tepat untuk pembicaraan seperti itu. Pejabat Kementerian Luar Negeri Korsel mengatakan, Kang dan Ri saling bertemu dan saling bertukar pendapat tentang berbagai situasi setelah pertemuan puncak antar Korea dan KTT AS-Korea Utara.

"Sebuah pertemuan bilateral terpisah kandas, tetapi kami memiliki kesempatan untuk memahami sisi lain dan menyampaikan pikiran kami melalui kontak pada jamuan makan malam," katanya dilansir di Korea Herald, Jumat (4/8).

Pertemuan antar menteri luar negeri itu merupakan upaya diplomatik agar Korut menghentikan program senjata nuklirnya. Menurut mantan Duta Besar Korut untuk Singapura Jong Song-il, Ri yang tiba di Singapura pada Jumat mengadakan pertemuan bilateral dengan rekan-rekannya dari tujuh negara termasuk Cina, Thailand, Vietnam, Laos dan Indonesia.

"Dengan Cina, Ri membahas berbagai hal tentang memperluas dan mengembangkan hubungan bilateral yang bersahabat secara tradisional antara Korea Utara dan Cina. Juga hal-hal tentang memperkuat kerja sama strategis dan taktis antara negara-negara untuk menjamin perdamaian di Semenanjung Korea," ujar Jong.

Mengenai denuklirisasi Korea, Menteri Luar Negeri Cina Wang Yi mengatakan, peningkatan hubungan antar Korea dan hubungan Korut-AS diperkirakan akan mengarah pada perdamaian permanen di wilayah tersebut. Wang menegaskan kembali dukungannya untuk kedua negara Korea mengumumkan secara resmi akhir Perang Korea.

Pada pertemuan itu, Wang juga menyerukan upaya Korsel untuk sepenuhnya menyelesaikan masalah sistem pertahanan rudal AS yang dikerahkan di semenanjung itu. Seperti diketahui, Korsel mengerahkan Terminal High Altitude Area Defense (THAAD) untuk melawan ancaman rudal Korut tahun lalu.

Saat itu, Cina dengan keras menentang pengerahan sistem tersebut di Korsel. Sebab, hal itu menjadi ancaman terhadap keamanan negaranya. Negeri Tirai Bambu ini juga mengambil sikap balasan dengan melarang penjualan paket wisata ke Korsel.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement