REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Sebuah masjid di Afghanistan kembali menjadi sasaran bom bunuh diri. Insiden itu terjadi saat masyarakat tengah mengadakan shalat berjamaah. Peristiwa itu telah merenggut 39 nyawa warga yang tengah menjalani ibadah di masjid tersebut.
"Meski demikiann jumlah korban kemungkinan masih akan meningkat lebih jauh," kata pemerintah serta kepolisian Afghanistan.
Berdasarkan keterangan aparat kepolisian, serangan dilakukan oleh dua orang yang mengenakan penutup wajah. Mereka melepaskan tembakan ke arah jamaah
yang tengah beribadah di masjid Khawaja Hassan di kota Gardez, provinsi Paktia. Salah satu di antaranya kemudian meledakkan diri.
"Terdapat lebih dari 100 warga tengah berkumpul untuk melaksanakan ibadah," kata Kepala Polisi Paktia Raz Mohammad Mandozai.
Kepolisian melanjutkan, aparat yang ditempatkan guna menjaga fasilitas tersebut sebelumnya telah dilumpuhkan oleh anggota militan lainnya. Belum ada yang mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut.
Kelompok milisi bersenjata Taliban mengaku tidak memiliki hubungan apapun terakit peristiwa tersebut. Sementara, militan Negara Islam Irak Suriah (ISIS) mengaku bertanggung jawab atas seragan itu.
Pejabat senior Afghanistan Abdullah Hazrat mengatakan, 80 orang cedera akibat insiden tersebut. Sementara, rumah sakit kota Gardez mengaku telah menerima sedikitnya 50 warga dewasa serta 20 anak-anak yang terluka menyusul peristiwa itu.
Presiden Afghanistan Ashraf Ghani mengecam serangan yang terjadi di masjid Khawaja Hassan itu. Menurut Ghani, serangan yang dilakukan itu sangat tidak manusiawi. Afghanistan, dia mengatakan, tidak akan dapat dipecah dengan kekerasan yang bersifat sektarian tersebut.
Afghanistan berupaya menghindarkan kekerasan antarsuku yang telah menghancurkan negara seperti Irak. Kendati, ada peningkatan jumlah serangan yang membidik kalangan Syiah dalam beberapa tahun belakangan.
Meski kaum Islam Syiah disebut sebagai minoritas, tidak ada sensus yang dapat dengan pasti menghitung berapa sebenarnya anggota kaum ini di Afghanistan. Tetapi dapat diperkirakan sekitar 10 hingga 20 persen, dengan sebagian besar berasal dari kelompok etnis Hazara dan Tajik yang berbahasa Persia.
Mengutip laman Aljazirah, serangan itu sekaligus menjadi serangan kesekian kali dalam beberapa bulan terakhir yang membidik kawasan penduduk. Sedikitnya 15 orang tewas dan 15 orang cedera setelah dua pria bersenjata menyerbu sebuah gedung pemerintah di kota Jalalabad di timur awal pekan ini.
Merujuk data Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebanyak 1.692 orang tewas dan 3.430 warga lainnya terluka pada semester pertama 2018. Jumlah itu menjadi angka tertinggi sejak pemerintah Afghanistan mulai menyimpan catatan korban akibat sebuah persitiwa sejak 2009 lalu.