Ahad 05 Aug 2018 01:34 WIB

Puluhan Pelajar Bangladesh Diserang Saat Lakukan Aksi Protes

Insiden itu terjadi pada hari ketujuh aksi protes tentang keselamatan jalan.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Endro Yuwanto
Polisi menggunakan peluru karet untuk membubarkan demonstran
Foto: Reuters
Polisi menggunakan peluru karet untuk membubarkan demonstran

REPUBLIKA.CO.ID, DHAKA -- Sekitar 25 pelajar cedera dalam bentrokan di Dhaka, Bangladesh, pada hari ketujuh aksi protes tentang keselamatan jalan. Tidak jelas siapa yang menyerang mereka tetapi media lokal menyalahkan kelompok mahasiswa yang terkait dengan partai berkuasa.

Pekerja transportasi dalam beberapa hari ini melakukan pemogokan. Sementara itu, pemerintah telah mendesak para siswa kembali ke ruang kelas.

Laporan-laporan dilansir dari BBC, Sabtu (4/8), mengatakan, polisi menggunakan gas air mata dan peluru karet ketika mencoba mengendalikan kerumunan massa. Tetapi polisi menyangkal hal ini.

Seorang dokter dan saksi mata yang dikutip oleh kantor berita AFP mengatakan, jumlah korban luka jauh lebih tinggi, yakni berjumlah lebih dari seratus orang. Dokter Abdus Shabbir mengatakan, beberapa dari mereka terluka dalam kondisi yang sangat buruk dan beberapa mengalami luka peluru karet.

Jurnalis lokal menuturkan pada BBC, sejumlah pelajar dipukuli oleh anggota Liga Chhatra Bangladesh. Itu merupakan sebuah organisasi mahasiswa yang saat ini terkait dengan Liga Awami yang berkuasa dan menentang protes.

Para wartawan melaporkan peralatan kameranya hancur. Seorang reporter wanita diduga telah dilecehkan ketika mencoba memfilmkan bentrokan.

Siswa-siswa tersebut menuturkan, mereka tidak akan meninggalkan jalan sampai tuntutan mereka dipenuhi. “Kami tidak akan meninggalkan jalan sampai tuntutan kami terpenuhi. Kami ingin jalanan dan pengemudi yang aman,” ujar pengunjuk rasa, Al Miran.

Sebelumnya, para pengunjuk rasa ingin meningkatkan keselamatan di jalan setelah seorang anak laki-laki dan perempuan ditabrak oleh bus yang melaju. Peristiwa ini terjadi pada pekan lalu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement