Rabu 08 Aug 2018 20:32 WIB

Sanksi AS ke Iran Bisa Bahayakan Timur Tengah Hingga Eropa

AS menjatuhkan sanksi ekonomi kepada Iran.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Presiden Iran Hassan Rouhani dan Presiden AS Donald Trump
Foto: NBC News
Presiden Iran Hassan Rouhani dan Presiden AS Donald Trump

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas mengatakan sanksi ekonomi Amerika Serikat (AS) terhadap Iran dapat memicu pergolakan di Timur Tengah. Sanksi itu pun berpotensi meningkatkan kekuatan radikal di kawasan tersebut.

"Mengisolasi Iran dapat meningkatkan kekuatan radikal dan fundamentalis. Kekacauan di Iran, seperti yang kita alami di Irak dan Libya, akan semakin mengacaukan wilayah yang sudah bermasalah," kata Maas dalam wawancara dengan harian Passauer Neue Presse, dikutip laman i24News, Rabu (8/8).

Maas mengaku masih menyayangkan keputusan AS hengkang dari kesepakatan nuklir pada Mei lalu. "Kami berjuang untuk kesepakatan (nuklir) karena itu juga melayani tujuan kita dengan membawa keamanan dan transparansi di wilayah ini," ujarnya.

Memperhatian jarak geografis Iran ke Eropa, Maas memperingatkan, siapapun yang mengharapkan perubahan rezim tak boleh lupa bahwa apapun yang terjadi selanjutnya bisa membawa masalah yang jauh lebih besar. Maas tak memperjelas apa maksud pernyataannya.

AS telah menjatuhkan sanksi ekonomi baru terhadap Iran pada Senin (6/8). Sanksi itu menargetkan perdagangan logam, batu bara, serta industri otomotif dan karpet iran. Sanksi diterapkan setelah Iran menolak keinginan AS untuk merevisi kesepakatan nuklir yang tercapai pada Oktober 2015, yang dikenal dengan istilah Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA).

Kesepatan tersebut dicapai melalui negosiasi yang panjang dan alot antara Iran dengan AS, Cina, Rusia, Jerman, Prancis, Inggris, dan Uni Eropa. Inti dari JCPOA adalah memastikan bahwa penggunaan nuklir Iran terbatas untuk kepentingan sipil, bukan militer. Sebagai imbalannya, sanksi ekonomi Iran akan dicabut.

Namun Trump berulang kali menyatakan ketidakpuasannya terhadap JCPOA. Ia menilai JCPOA adalah kesepakatan yang cacat. Sebab, dalam JCPOA tak diatur tentang program rudal balistik Iran, kegiatan nuklirnya selepas 2025, dan perannya dalam konflik Yaman serta Suriah. Akhirnya pada Mei lalu, Trump menarik AS dari kesepakatan tersebut.

Sanksi ekonomi diberlakukan kepada Iran dengan menyasar sektor perbankan yang meliputi pembelian atau akuisisi uang kertas AS oleh pemerintah Iran. Selain itu, sanksi termasuk perdagangan emas dan logam mulia Iran, grafit, aluminium, baja, batu bara dan perangkat lunak yang digunakan dalam proses industri.

Sanksi juga memberikan dampak terhadap transaksi terkait mata uang rian Iran, kegiatan yang berkaitan dengan penerbitan utang luar negeri hingga sektor otomotif Teheran. AS akan menggandakan sanksi ekonominya terhadap Iran pada November. Sanksi selanjutnya akan menargetkan sektor energi, terutama ekspor minyak Iran ke pasar global.

Selain itu, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengancam negara-negara yang berbisnis dengan Iran. Ia mengatakan negara yang menjalin bisnis dengan Teheran tak akan berbisnis dengan AS.

"Siapa pun yang berbisnis dengan Iran tidak akan berbisnis dengan AS. Saya meminta perdamaian dunia, tidak kurang!" kata Trump.

AS baru saja memberlakukan sanksi ekonomi terhadap Teheran. Sanksi itu menargetkan sektor keungan dan perbankan Iran.

"Ini adalah sanksi paling menggigit yang pernah diberlakukan, dan pada bulan November, mereka (sanksi) naik ke tingkat lain," ujar Trump.

Baca: Donald Trump Ancam Negara Mitra Bisnis Iran

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement