REPUBLIKA.CO.ID,IDLIB -- Badan Kesehatan PBB melaporkan rencana serangan pemerintah Suriah terhadap militan di Provinsi Idlib mengancam 700 ribu warga terpaksa mengungsi.
Idlib merupakan tempat pelarian terakhir bagi keluarga militan Suriah, yang kalah dalam pertempuran di bagian lain Suriah. Arus kedatangan di provinsi tersebut membuat jumlah penduduk melonjak dua kali lipat menjadi sekitar 2,5 juta jiwa. PBB menyebut daerah itu "ladang pembuangan" bagi gerilyawan kalah perang.
Konflik Suriah yang dimulai sejak 2011 telah membuat lebih dari 400 ribu orang tewas. Tak hanya itu, 5,5 juta orang lainnya juga meninggalkan negara Timur Tengah itu. PBB mencatat secara resmi ada 6,3 juta yang menjadi pengungsi dan mencoba mencari suaka.
Laporan bulanan Health Cluster Bulletin, yang diterbitkan sekelompok badan kesehatan, termasuk Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), menyatakan bahwa relawan kemanusiaan bersiap menghadapi dampak pertempuran di Idlib.
"Intensitas kontak senjata diperkirakan meningkat di kawasan utara Suriah pada masa mendatang, sehingga menyebabkan gelombang pengungsian melonjak dari 250 ribu sampai lebih dari 700 ribu orang di Idlib dan daerah sekitarnya," kata laporan itu.
Kenaikan jumlah pengungsi akan meningkatkan kebutuhan bantuan kemanusiaan. Sepanjang pertengahan Juni hingga akhir Juli, 184 ribu orang harus mengungsi akibat pertempuran di daerah selatan Suriah. Saat itu kubu pemerintah dan gerilyawan sepakat untuk memindahkan sekitar 100 ribu keluarga gerilyawan ke Idlib dan kawasan utara Aleppo.
PBB berulangkali memperingatkan dampak berbahaya dari serangan terhadap Idlib. Sementara itu, Presiden Suriah Bashar al-Assad menyatakan, dalam wawancaranya bersama media Rusia pada bulan lalu, bahwa Provinsi Idlib akan menjadi prioritas utama operasi militer berikutnya.
Di sisi lain, koordinator kemanusiaan regional PBB, Panos Moumtzis, pada Juni mengatakan bahwa seluruh penduduk Idlib terancam akan terusir dari rumahnya menuju perbatasan Turki jika pertempuran besar terjadi. Menurutnya, pertempuran di Idlib akan jauh lebih rumit dan keji jika dibandingkan dengan pertempuran lain sepanjang tujuh tahun perang saudara itu.
Baca: Sanksi AS ke Iran Bisa Bahayakan Timur Tengah Hingga Eropa