REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Pecahan rudal yang ditembakkan ke Arab Saudi dari Yaman oleh kelompok bersenjata Al-Houthi telah menewaskan satu warga sipil dan melukai 11 lagi. Demikian laporan kantor berita setempat pada Kamis (9/8).
Stasiun TV Al Masirah melaporkan, Al-Houthi, kelompok yang bersekutu dengan Iran dan kini menguasai sebagian besar wilayah Yaman termasuk Ibu Kotanya, Sanaa, mengaku menembakkan rudal tersebut dengan sasaran Kota industrial Jizan.
Sistem pertahanan udara Arab Saudi awalnya berhasil menembak jatuh rudal tersebut. Namun pecahannya jatuh di wilayah permukiman.
"Penembakan jatuh rudal membuat beberapa pecahan jatuh di sejumlah wilayah permukiman, sehingga seorang warga harus kehilangan nyawa dan melukai 11 orang," kata pihak koalisi internasional pimpinan Arab Saudi, yang memerangi Al-Houthi di Yaman, dalam sebuah siaran tertulis pada Kamis.
Al-Houthi menembakkan puluhan rudal ke wilayah Arab Saudi pada beberapa bulan terakhir. Sebagian besar rudal itu ditembak jatuh oleh sistem pertahanan udara Riyadh.
Koalisi antara Arab Saudi dan Uni Emirat Arab mencampuri perang di Yaman sejak 2015 untuk menghancurkan kelompok Al-Houthi dan memulihkan kekuasaan pemerintahan yang masih diakui oleh dunia internasional.
Baca juga, PBB akan Gelar Perundingan Damai Yaman.
Awal bulan, Utusan Khusus PBB untuk Yaman Martin Griffiths berencana mengundang pihak-pihak yang berkonflik di Yaman ke Jenewa, Swiss, pada 6 September. Tujuannya melibatkan mereka dalam pembicaraan dan perundingan damai.
Berbicara pada pertemuan Dewan Keamanan PBB, Kamis (2/8), Griffiths mengatakan sudah waktunya melanjutkan proses politik di Yaman guna menyelesaikan krisis di sana.
"Pembicaraan pada September akan memberikan kesempatan bagi para pihak, antara lain membahas kerangka kerja untuk negosiasi, langkah-langkah membangun kepercayaan yang relevan dan rencana khusus untuk menggerakkan proses ke depan," katanya, dikutip laman Anadolu Agency.
Ia mengatakan, peperangan di Yaman kian meruncing, khususnya di kota Hudaydah. "Kami telah mencoba mencari cara untuk menghindari pertempuran di kota dan pelabuhan Al Hudaydah, dan kami masih berusaha," ujar Griffiths.
Griffiths mendesak semua pihak yang bertikai tak mengambil tindakan apa pun yang dapat memperburuk situasi kemanusiaan di sana, termasuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi proses politik.
Direktur Divisi Operasional di Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan, sebanyak 75 persen populasi Yaman atau sekitar 22 juta orang, membutuhkan bantuan dan perlindungan kemanusiaan. Krisis tersebut membutuhkan keterlibatan komunitas internasional untuk menanganinya.