Sabtu 11 Aug 2018 05:28 WIB

Korut Kecam AS karena tak Juga Cabut Sanksi

Menteri Luar Negeri Korut, Ri Yong-ho berkunjung ke Iran.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Teguh Firmansyah
Presiden AS Donald Trump saat berjalan dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un di Hotel Capella di Pulau Sentosa Singapura, Selasa (12/6).
Foto: AP
Presiden AS Donald Trump saat berjalan dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un di Hotel Capella di Pulau Sentosa Singapura, Selasa (12/6).

REPUBLIKA.CO.ID,  PYONGYANG -- Korea Utara kembali mengecam AS karena tidak mencabut sanksi terhadap negara itu. Kementerian luar negeri Korut mengaku telah melakukan berbagai langkah dengan niat baik, namun AS masih mengikuti lakon akting yang ketinggalan jaman dan membahayakan setiap gerakan menuju denuklirisasi.

Seperti dilansir BBC, Jumat (10/8), Korut tetap berada di bawah berbagai sanksi internasional dan AS atas program nuklirnya dan uji coba rudal. AS ingin pelucutan senjata nuklir sepenuhnya sebelum sanksi dapat dicabut.

Presiden AS Donald Trump dan pemimpin Korut Kim Jong-un setuju pada Juni untuk bekerja menuju denuklirisasi Semenanjung Korea. Namun rincian proses itu masih belum jelas, dan Korut tidak berkomitmen menyerahkan senjata nuklirnya.

Menteri Luar Negeri Korut, Ri Yong-ho saat ini sedang berkunjung ke Iran. Pada saat yang sama Presiden Hassan Rouhani memperingatkan Korut bahwa AS tidak bisa dipercaya, setelah pengalaman Teheran atas pemerintahan Trump yang merobek-robek kesepakatan era Obama untuk meringankan sanksi.

Menurut media Iran, Ri mengatakan Korut akan berusaha mempertahankan pengetahuan nuklirnya saat AS akan kembali ke posisi yang lebih agresif terhadap Korut."Karena kami tahu bahwa AS tidak akan pernah menyerah atas kebijakan permusuhannya kepada kami, kami akan memegang pengetahuan nuklir kami," katanya seperti dikutip oleh media lokal.

Pekan lalu, laporan PBB yang bocor mengatakan Korut tidak berhenti membangun senjata. Hal itu yang mendorong AS untuk menyerukan kepada masyarakat internasional untuk terus menegakkan sanksi.

Pada Jumat (10/8), Korsel mengatakan telah menangkap tiga perusahaan mengimpor batu bara dan besi dari Korut, Mereka melanggar sanksi PBB yang diberlakukan pada Agustus tahun lalu.

Kementerian luar negeri Korut mengaku telah melakukan sejumlah langkah seperti  menghentikan uji coba rudal, mengembalikan kerangka tentara AS yang tewas dalam Perang Korea 1950-1953 dan pembongkaran sebuah situs nuklir.

Korut juga menuduh para pejabat AS menentang niat Presiden Trump dengan membuat tuduhan tak berdasar. Pyongyang juga mengatakan, berharap untuk menuai hasil, namun pada saat yang sama menghina mitra dialog adalah tindakan bodoh.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement