Senin 13 Aug 2018 06:36 WIB

Prancis Berencana Denda Penggunaan Plastik Sekali Pakai

Prancis saat ini mendaur ulang sekitar 25 persen sampah plastiknya.

Rep: Christiyaningsih/ Red: Dwi Murdaningsih
Pekerja memasukan barang belanjaan ke kantong plastik di salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta, Senin (3\10).
Foto: Tahta Aidilla/Republika
Pekerja memasukan barang belanjaan ke kantong plastik di salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta, Senin (3\10).

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Perancis berencana memperkenalkan sistem penalti yang bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat agar tidak menggunakan plastik sekali pakai. Penalti tersebut merupakan bagian dari perjanjian 2025 yang menyatakan negara hanya boleh menggunakan plastik yang bisa didaur ulang. Pernyataan itu diungkapkan ofisial kementerian pada Ahad (12/8).

Dilansir dari AFP, Brune Poirson selaku Sekretaris Negara untuk Transisi Ekologikal mengatakan langkah ini hanyalah satu dari beberapa kebijakan yang akan berlaku di tahun-tahun mendatang. Termasuk di dalamnya skema pengembalian deposit untuk botol-botol plastik.

"Deklarasi melawan plastik saja tidak cukup. Kita perlu mentransformasikannya dalam perekonomian Perancis," katanya kepada koran Journal du Dimanche.

Di bawah payung aturan baru, produk-produk dengan pengemasan plastik yang bisa didaur ulang dikenai biaya 10 persen lebih rendah. Sementara itu, produk dengan kemasan plastik yang tidak bisa didaur ulang dibebani biaya 10 persen lebih tinggi.

"Ketika ada pilihan antara dua botol, satu dibuat dari plastik daur ulang dan satunya lagi sekali pakai, pilihan pertama akan lebih murah," terang Poirson.

Selandia Baru akan Larang Penggunaan Kantong Plastik

Menurutnya biaya yang lebih tinggi dalam pemakaian plastik sekali pakai akan mengurangi banyak sampah plastik.

Flore Berlingen dari asosiasi Zero Waste Perancis ikut mengungkapkan pendapatnya. "Kami berharap perusahaan menaatinya sehingga konsumen tidak ikut menanggung beban penalti," katanya.

Di lain pihak, Emmanuel Guichard dari federasi pengemasan plastik Elipso mewanti-wanti kepada para pemangku kebijakan. "Untuk botol, memberi pilihan kepada konsumen adalah hal yang memungkinkan. Tapi kita tidak bisa melupakan barang-barang lain. Hari ini tidak tersedia plastik daur ulang sebagai wadah yogurt," terang Berlingen.

Menurut majalah 60 Million Consumers, Prancis saat ini mendaur ulang sekitar 25 persen sampah plastiknya. Kampanye agar membawa tas sendiri ketika berbelanja di supermarket juga digalakkan. Pusat perbelanjaan Carrefour dan Leclerc juga berkomitmen menghentikan penjualan sedotan plastik sebelum tahun 2020.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement