Sabtu 18 Aug 2018 18:09 WIB

Merkel dan Putin Gelar Pertemuan Bilateral Perdana

Pertemuan ini adalah rapat kerja sehingga tidak ada hasil spesifik yang diharapkan.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Friska Yolanda
 Kanselir Jerman Angela Merkel (kanan).
Foto: AP Photo/Michael Sohn/ca
Kanselir Jerman Angela Merkel (kanan).

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Kanselir Jerman Angela Merkel akan menggelar pertemuan bilateral perdana dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Istana Meseberg, Berlin, pada Sabtu (18/8). Pertemuan itu akan dimanfaatkan untuk membahas hubungan bilateral kedua negara serta isu-isu global lainnya.

Menurut seorang juru bicara pemerintah Jerman, diskusi antara Merkel dan Putin akan mencakup tentang konflik Ukraina, perang sipil Suriah, dan saluran pipa gas Nord Stream 2. Selain itu, keduanya diperkirakan akan turut membahas tentang kebijakan perdagangan Amerika Serikat (AS) yang agresif.

AS diketahui telah menaikkan tarif impor baja dan alumunium dari Uni Eropa. AS pun baru saja menjatuhkan sanksi ekonomi terhadap Rusia terkait dugaan keterlibatannya dalam aksi penyerangan agen ganda Sergei Skripal di Salisbury, Inggris, pada Maret lalu.

Pada Jumat (17/8), Merkel telah memperingatkan untuk tidak berharap terlalu banyak terkait hasil pertemuannya dengan Putin. “Ini adalah rapat kerja di mana tidak ada hasil spesifik yang diharapkan,” ujarnya, dikutip laman Aljazirah.

Kendati demikian Merkel menyatakan bahwa hubungan dan dialog dengan Rusia perlu terus dijalin. Menurutnya hal itu penting untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi kedua negara.

Merkel dan Putin terakhir kali bertemu empat bulan lalu di Sochi, Rusia. Kala itu, keduanya fokus membahas tentang krisis Ukraina dan proyek pipa gas Nord Stream 2. Rusia telah dijatuhi sanksi oleh Uni Eropa karena diyakini menyokong kelompok separatis pro-Rusia di Ukraina. Kelompok tersebut telah terlibat konfrontasi bersenjata dengan tentara pemerintah.

Pada 12 Februari 2015, Rusia, Ukraina, Jerman, dan Prancis menandatangani Perjanjian Minsk. Salah satu isi dari perjanjian itu adalah dilaksanakannya gencatan senjata penuh di timur Ukraina, terutama di wilayah Donbass. Namun Uni Eropa menilai Rusia tak memenuhi komitmen dari perjanjian tersebut. Sanksi ekonomi pun dijatuhkan kepada Moskow.

Walaupun berselisih terkait isu Ukraina, Jerman dan Rusia tetap menjalin kerja sama dalam bidang energi, yakni melalui proyek pipa gas Nord Stream2. Nord Stream 2 merupakan proyek perluasan pipa gas utama Nord Stream. Pipa gas tersebut akan menghubungankan Rusia dan Jerman di sepanjang bawah Laut Baltik. Pipa Nord Stream 2 melewati negara-negara transit seperti Ukraina, Belarus, Polandia, serta negara Eropa dan Baltik Timur lainnya. 

Kerja sama Jerman dengan Rusia dalam proyek Nord Stream 2 sempat dikritik Presiden AS Donald Trump dalam KTT NATO yang digelar di Brussels, Belgia, bulan lalu. Menurut Trump proyek Nord Stream 2 akan membuat Jerman dikontrol Rusia. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement