Ahad 19 Aug 2018 07:01 WIB

Peninggalan Kofi Annan untuk Suriah dan Rohingya

Kofi Annan menerbitkan rekomendasi solusi damai untuk wilayah konflik.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Kofi Annan
Foto: AFP
Kofi Annan

REPUBLIKA.CO.ID, BERN – Mantan sekretaris jenderal PBB Kofi Annan meninggal dunia pada Sabtu (18/8). Ia meninggal di sebuah rumah sakit di Bern, Swiss, pada usia 80 tahun. Sebelum meninggal, Kofi Annan sempat mencari solusi perdamaian untuk konflik Suriah, serta Rohingya di Myanmar.

Kabar kematian Annan diumumkan yayasannya, yakni Kofi Annan Foundation. Menurut mereka, Annan meninggal karena sakit. Namun tak dijelaskan penyakit apa yang dideritanya. Kofi Annan Foundation hanya menerangkan bahwa pada momen-momen terakhirnya, Annan terus didampingi istrinya Nane dan anak-anaknya, yaitu Ama, Kojo, dan Nina.

Dalam pernyataannya, Kofi Annan Foundation memuji Annan sebagai sosok dan tokoh yang mengabdikan hidupnya untuk menciptakan dunia yang lebih adil dan damai. Di mana pun ada penderitaan, Annan berupaya hadir dan mengulurkan tangannya seraya menyentuh mereka dengan penuh belas kasih. “Dia tanpa pamrih menempatkan orang lain terlebih dulu, memancarkan kebaikan, kehangatan, dan kecemerlangan sejati dalam semua yang dia lakukan,” kata Kofi Annan Foundation, dikutip laman BBC.

Annan merupakan diplomat asal Ghana. Ia adalah orang Afrika pertama yang pernah menjabat sebagai sekretaris jenderal PBB selama dua periode, yakni antara Januari 1997 hingga Desember 2006. Masa jabatannya kala itu bertepatan dengan Perang Irak dan pandemi HIV/AIDS.

Ia pun pernah menjabat sebagai utusan khusus PBB untuk Suriah. Ketika mengemban jabatan itu, Annan memimpin upaya untuk menemukan solusi damai atas konflik di negara tersebut. Selain itu, Annan juga sempat terlibat dalam usaha penyelesaian krisis Rohingya di negara bagian Rakhine, Myanmar.

Ia diketahui merilis 88 rekomendasi untuk diimplementasikan Pemerintah Myanmar. Rekomendasi itu mencakup tentang status kewarganegaraan bagi etnis Rohingya.

Ketika merayakan ulang tahunnya yang ke-80 pada April lalu, Annan sempat diwawancara oleh BBC. Pada kesempatan itu ia mengatakan PBB dapat dioptimalkan perannya. Ketika itu, ia pun mengatakan bahwa dirinya adalah pribadi yang optimistis. “Saya optimistis yang keras kepala, saya dilahirkan sebagai orang yang optimistis dan akan tetap optimistis,” ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement