REPUBLIKA.CO.ID, MESEBERG -- Presiden Rusia Vladimir Putin menemui Kanselir Jerman Angela Merkel. Sejumlah topik diskusi mewarnai petemuan kedua kepala pemerintahan itu termasuk isu terkait hubungan bilateral kedua negara, Ukraina, Iran, Suriah, hak asasi manusia (HAM) hingga proyek pipa gas yang membuat geram Amerika Serikat (AS).
"Isu-isu kontoversial hanya bisa dibicarakan melalui dialog dan hanya dialog," kata Angela Merkel saat berdiri di samping Putin di depan Istana Meseberg.
Merkel mengatakan, sebagai anggota tetap Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) Rusia memiliki kewajiban untuk segera merampungkan perang yang terjadi di Ukraina dan Suriah. Merkel mengaku menyimpan kekhawatiran terkait perang Suriah dan warga serta pengungsi yang terdampak dari perang tersebut.
Menurut Merkel, merupakan hal penting untuk mencegah krisis kemanusiaan di Idlib dan wilayah sekitarnya. Dia menambahkan, pembahasan terakit pemilihan umum dan remormasi konstitusional perlu didiskusikan lebih lanjut setelah pertemuan kedua kepala negara itu pada Mei lalu di Sochi.
Merkel juga berharap adanya upaya baru yang dapat dilakukan oleh pemerintah Rusia di Ukraina pada awal tahun ajaran baru. Merkel meminta untuk diadakannya pemisahan antara militer Ukraina dan separatis di garis depan di wilayah Donbass.
Presiden Putin menanggapi positif pernyataan Merkel terkait Suriah. Dia mengatakan, segala sesuatu harus dilakukan bagi para pengungsi Suriah untuk kembali ke rumah mereka masing-masing setelah pecahnya perang pada tujuh tahun lalu itu.
"Suriah membutuhkan bantuan utnuk membangun kembali negara mereka guna memastikan pengungsi yang meninggalkan negara dapat kembali ke rumah masing-masing dengan selamat," kata Vladimir Putin.
Sebelumnya, Presiden Vladimir Putin tiba di Jerman pada Sabtu (18/8) malam waktu setempat. Dia terbang ke Berlin setelah menghadiri acara pernikahan Menteri Luar Negeri Austria Karin Kneissl dengan pengusaha Wolfgang Meilinger.