REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden AS Donald Trump pada Sabtu (18/8) mengatakan, Amerika Serikat telah mengakhiri dana pembangunan buat Suriah. Ia pun mendesak negara kaya agar membiayai pembangunan di sana.
"Amerika Serikat telah mengakhiri pembayaran pembangunan tahunan 230 juta dolar AS buat Suriah," tulis Trump lewat satu kicauan. "Arab Saudi dan negara kaya lain di Timur Tengah akan mulai melakukan pembayaran untuk menggantikan AS, saya ingin mengembangkan militer kita, AS, dan semua negara yang membantu kita!" kata Trump menambahkan.
Pada Jumat pagi, Departemen Luar Negeri AS menyatakan, dana yang ditujukan untuk mendukung gagasan stabilisasi di Suriah telah diperintahkan agar dialihkan. Hal itu memperkuat spekulasi bahwa AS akan keluar dari negeri itu.
Mantan menteri luar negeri AS Rex Tillerson pada 13 Februari mengumumkan, Amerika Serikat menjanjikan 200 juta dolar AS untuk mendukung upaya koalisi anti-IS dan komitmen pemulihan di Suriah.
Namun, Trump dilaporkan memerintahkan pada Maret penangguhan dana tersebut. Ia menuntut keterangan lebih banyak mengenai bagaimana uang itu digunakan. Ia mendesak negara lain agar turun-tangan dan membayar lebih banyak.
Ia juga mengatakan negaranya akan menarik tentaranya di Suriah dalam waktu sangat cepat. Suriah sejak dulu selalu mencela aksi militer AS di negeri tersebut sebagai agresi tanpa undangan.
Sementara itu, Presiden Rusia Vladimir Putin menemui Kanselir Jerman Angela Merkel. Sejumlah topik diskusi mewarnai petemuan kedua kepala pemerintahan itu termasuk isu terkait hubungan bilateral kedua negara, Ukraina, Iran, Suriah, hak asasi manusia (HAM) hingga proyek pipa gas yang membuat geram Amerika Serikat (AS).
Baca juga, Merkel-Putin Bahas Isu Suriah.
"Isu-isu kontoversial hanya bisa dibicarakan melalui dialog dan hanya dialog," kata Angela Merkel saat berdiri di samping Putin di depan Istana Meseberg.
Merkel mengatakan, sebagai anggota tetap Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) Rusia memiliki kewajiban untuk segera merampungkan perang yang terjadi di Ukraina dan Suriah. Merkel mengaku menyimpan kekhawatiran terkait perang Suriah dan warga serta pengungsi yang terdampak dari perang tersebut.
Menurut Merkel, merupakan hal penting untuk mencegah krisis kemanusiaan di Idlib dan wilayah sekitarnya. Dia menambahkan, pembahasan terakit pemilihan umum dan remormasi konstitusional perlu didiskusikan lebih lanjut setelah pertemuan kedua kepala negara itu pada Mei lalu di Sochi.