REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Penasihat Keamanan Nasional Amerika Serikat (AS) John Bolton mengatakan, krisis yang terjadi antara Paman Sam dan Turki akan segera rampung jika Ankara secepatnya membebaskan Andrew Brunson. Dia mengatakan, Pemerintah Turki telah membuat kesalahan besar dengan menahan pastor asal AS itu.
"Dan, setiap hari kesalahan itu terus terulang, krisis ini akan langsung berakhir jika mereka berbuat hal yang benar sebagai sekutu NATO, bagian dari blok barat dan melepaskan pastor Brunson tanpa prasyarat," kata John Bolton.
Ekonomi Istanbul kini tengah terguncang menyusul peningkatan tarif barang asal Turki oleh AS. Paman Sam menggandakan tarif baja dan aluminium asal Turki masing-masing sebesar sebesar 20 persen dan 50 persen. Hal tersebut kemudian berdampak pada melemahnya nilai tukar mata uang Turki, lira, terhadap dolar AS.
Pemerintah Qatar lantas mengucurkan investasi senilai 15 miliar dolar AS di Turki guna menyelamatkan mata uang tersebut. Ivestasi ditanamkan setelah pertemuan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dengan Emir Qatar Syekh Tamim Bin Hamad al-Thani. Doha sepakat menyetujui paket proyek ekonomi, investasi, dan deposito di Istanbul.
Meski demikian, menurut Bolton, kucuran dana investasi itu tidak akan menolong perekonomian Turki. Dia mengatakan, apa yang dilakukan Qatar sama sekali tidak cukup untuk memberikan dampak signifikan pada kondisi yang dialami Turki kini.
"Ini tentu tidak membantu, tetapi kami akan benar-benar melihat apa yang berkembang dari hal yang mereka lakukan," kata Bolton.
Retaknya hubungan AS-Turki menimbulkan pertanyaan terkait keanggotaan Ankara dalam Pakta Aliansi Atlantik Utara (NATO). Saat dikonfirmasi terkait hal itu, Bolton mengatakan, keanggotaan Turki dalam NATO tidak akan ditangguhkan mengingat itu berlainan dengan isu yang dihadapi saat ini.
"Kami fokus kepada pastor Brunson dan warga AS lainnya yang ditahan secara ilegal oleh Pemerintah Turki dan kami berharap ada solusi segera terkait hal itu," kata Bolton.
Pemerintah Turki sebelumnya mengatakan, pembebasan Brunson harus dibarengi dengan ekstradisi pemimpin organisasi FETO, Fetullah Gulen. Pria 77 tahun yang kini hidup di Pensylvania itu disebut-sebut sebagai dalang dari kudeta gagal presiden pada 2016 lalu.
Baca: Hubungan Turki dan AS Retak, Rusia Percepat Kirim Rudal