Rabu 22 Aug 2018 23:03 WIB

Sanksi Ekonomi AS Dinilai Efektif Tekan Iran

Efek sanksi terhadap ekonomi Iran dinilai lebih besar dari perkiraan AS.

Rep: Rizkyan Adiyudha/ Red: Nur Aini
Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden Iran Hassan Rouhani.
Foto: AP
Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden Iran Hassan Rouhani.

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Penasihat Keamanan Nasional Amerika Serikat (AS) John Bolton menyebut jika sanksi yang diterapkan terhadap Iran berjalan efektif lebih daripada yang diperkirakan. Sanksi dijatuhkan setelah AS memutuskan untuk keluar dari kesepakatan nuklir Iran yang dicapai pada 2015 lalu.

"Saya katakan dengan jelas, penerapan kembali sanksi, kami pikir, telah memberikan dampak yang signifikan terhadap perekonomian Iran dan terus kepada opini dalam negeri," kata John Bolton saat mengunjungi Israel.

Bolton mengungkapkan, dampak ekonomi yang dihasilkan dari sanksi tersebut memiliki efek yang lebih besar daripada yang bisa diantisipasi AS. Saat ini, kondisi ekonomi Iran diterpa tingkat inflasi dan pengangguran yang tinggi. Nilai mata uang negara juga telah terpeleset lebih dari setengah sejak April kemarin.

Penerapan sanksi diprediksi bakal membuat kondisi yang terjadi di negara tersebut semakin memburuk. Namun, Bolton mengaku masih perlu memperhatikan aktivitas Iran di kawasan yang masih terus terjadi meski berada di bawah tekanan sanksi ekonomi.

AS diketahui menentang segala aktivitas Iran di kawasan. Paman Sam menilai, Iran telah menyebarkan paham kekerasan di kawasan timur tengah seperti di Suriah, Irak, dan Lebanon.

"Apa yang mereka lakukan di Irak, Suriah, Yaman, Lebanon dengan Hizbullah ditambah ancaman mereka di Selat Hormuz," kata Bolton sambil menyebutkan aktivitas Iran di kawasan satu-persatu.

AS telah memberlakukan sanksi ekonomi sejak Agustus ini yang menyasar menyasar sektor perdagangan metal berharga, keuangan, dan perbankan nasional serta industri otomotif. Sanksi tambahan akan diberlakukan pada November nanti yang akan menargetkan perdagangan minyak dan gas Teheran. AS berencana untuk melarang semua ekspor minyak dari Iran.

Sanksi diberlakukan kembali setelah AS menolak untuk memperpanjang kesepakatan nuklir Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA). Sementara negara-negara Eropa berupaya untuk menyelamatkan kesepakatan yang mengeluarkan Teheran dari sanksi ekonomi yang diberlakukan sebelumnya.

Meski demikian, upaya itu tampaknya menemui jalan terjal menyusul sulitnya dampak positif secara ekonomi yang akan didapatkan Iran di tengah sanksi tersebut. Eropa tengah tersendat untuk meyakinkan para pelaku usaha yang berbisnis dengan Iran untuk tidak menghentikan bisnis mereka bersama Teheran.

Bolton mengatakan, Eropa bersama dengan pelaku usaha di benua tersebut seharusnya memahami pilihan antara berbisnis dengan Iran atau AS. Menurutnya, kondisi yang kini tengah menerpa Iran sudah memperlihatkan secara jelas pilihan bagi mereka.

"Jadi lihat saja apa yang akan terjadi pada November nanti. Presiden Trump menegaskan bahwa dia menginginkan tekanan maksimum kepada Iran dan itu yang akan terjadi," kata Bolton.

Dia mengatakan, AS sebenarnya ingin menyelesaikan permasalahan dengan Iran secara damai. Namun, dia mengatakan, di saat yang bersamaan Paman Sam juga harus menyiapkan langkah-langkah untuk setiap kemungkinan yang diciptakan Iran.

Sebelumnya, JCPOA mengeluarkan Iran dari sanksi ekonomi yang diterapkan menyusul aktivitas nuklir mereka. Sebagai gantinya, Iran diwajibkan untuk membatasi aktivitas nuklirnya, meningkatkan waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan bom atom jika ia memilih untuk melakukannya. Pemerintah Iran berkali-kali membantah niat untuk memiliki senjata nuklir.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement