Kamis 23 Aug 2018 15:21 WIB

PBB Kehabisan Dana untuk Biayai Bahan Bakar Jalur Gaza

Bahan bakar dibutuhkan untuk fasilitas vital di Gaza seperti rumah sakit.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Teguh Firmansyah
Warga Palestina menunggu dalam antrean untuk mengisi bahan bakar mobil (ilustrasi).
Warga Palestina menunggu dalam antrean untuk mengisi bahan bakar mobil (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Wakil Sekretaris Jenderal PBB untuk Bidang Politik Rosemary DiCarlo mengatakan, dana PBB untuk membiayai kebutuhan bahan bakar di Jalur Gaza telah habis. Padahal bahan bakar sangat dibutuhkan agar berbagai fasilitas vital di Jalur Gaza seperti rumah sakit, pabrik air, dan fasilitas penting lainnya, tetap beroperasi.

“Saya prihatin bahwa pendanaan darurat PBB untuk bahan bakar yang menopang sekitar 250 fasilitas penting di Gaza kini telah habis,” kata DiCarlo pada Rabu (22/8), dikutip laman Al Araby.

Ia pun menyuarakan keprihatinan atas pasokan obat-obatan esensial yang sangat terbatas setelah 40 persen stoknya benar-benar habis. Hal itu tentu akan semakin menyulitkan kehidupan warga di Jalur Gaza yang sangat menggantungkan hidupnya pada pasokan bantuan.

DiCarlo menyerukan semua pihak untuk memastikan bantuan kemanusiaan bisa mencapai Gaza. Menurutnya, PBB membutuhkan dana sekitar 4,5 juta dolar agar fasilitas-faslitas vital di wilayah terblokade itu tetap beroperasi.

Baca juga, 95 Persen Pabrik di Jalur Gaza Tutup Akibat Blokade Israel.

Sebelumnya Koordinator Khusus PBB untuk Perdamaian Timur Tengah Nikolay Mladenov mengatakan Jalur Gaza berada di ambang kehancuran total, baik secara sosial maupun ekonomi. Menurutnya, warga Gaza perlu mendapat lebih banyak bantuan.

Ia secara khusus mendesak Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mempertimbangkan kembali untuk melanjutkan pendanaan bagi Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA).

Sebab sejak penangguhan dana bantuan oleh AS, UNRWA mengalami krisis. Dampaknya, UNRWA mulai kesulitan menyalurkan bantuan bagi pengungsi Palestina, termasuk mereka yang tinggal di Gaza.

Setelah diakuinya Yerusalem sebagai ibu kota Israel, Palestina memutuskan menarik diri dari perundingan damai dengan Israel yang dimediasi AS. Palestina menilai AS tak lagi menjadi mediator yang netral karena terbukti membela kepentingan Israel.

Di tengah situasi demikian, AS memutuskan menangguhkan dana bantuan untuk UNRWA. AS hanya mengucurkan dana 65 juta dolar dari total 125 juta dolar yang disiapkan untuk UNRWA. Langkah itu dianggap sebagai upaya AS menarik kembali Palestina ke dalam perundingan damai yang dimediasinya.

Penangguhan dana bantuan itu tak ayal menyebabkan UNRWA mengalami krisis pendanaan. Sebab bagaimanapun, AS merupakan penyandang dana terbesar bagi UNRWA.

Jalur Gaza telah diblokade Israel dan Mesir selama lebih dari 10 tahun. Menurut PBB blokade itu telah menyebabkan Gaza mengalami salah satu krisis kemanusiaan terburuk di dunia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement