REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Indonesia melibatkan warga Myanmar dari berbagai suku dalam pembangunan rumah sakit Indonesia di negara bagian Rakhine.
"Indonesia sedang membangun rumah sakit Indonesia di negara bagian Rakhine. Untuk menyatukan berbagai macam suku di Rakhine, pembangunan rumah sakit tersebut melibatkan semua suku," kata Menteri Luar Negeri Retno Marsudi seperti disampaikan dalam keterangan tertulis, Kamis (23/8).
Pernyataan tersebut disampaikan Menlu Retno saat memberikan pidato kunci dalam pembukaan Kongres Pancasila X di Balai Senat Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta. Menurut Retno, pembangunan rumah sakit Indonesia di Rakhine dapat diselesaikan sebelum akhir tahun ini. Ia juga mengharapkan rumah sakit itu menjadi wadah untuk memperkuat rasa persaudaraan di Rakhine.
"Biarlah perbedaan di antara mereka menjadi berkah dan bukan penghalang dalam menjalani kehidupan," katanya.
Dia menambahkan, pemerintah Indonesia terus menyampaikan pesan dan kritik kepada pemerintah Myanmar, termasuk mengenai kepentingan segera melakukan pemulangan, pemberian perlindungan keselamatan, dan hak hidup bagi pengungsi dari Rakhine.
Pembangunan Rumah Sakit Indonesia di Rakhine State, Myanmar capai 50 persen.
Pemerintah Indonesia juga menyatakan siap membantu pemerintah Myanmar menangani masalah pengungsi Rakhine, khususnya dari unsur kemanusiaan. Pemerintah Indonesia melakukan beberapa upaya untuk berkontribusi dalam penanganan masalah pengungsi dari Rakhine.
Dari sejak muncul masalah di Rakhine dan dampaknya di Bangladesh, Indonesia adalah negara pertama berada di lapangan untuk berbicara dengan pemerintah Myanmar dan Bangladesh. Pemerintah Indonesia membantu menjembatani komunikasi Myanmar dengan Bangladesh.
Pemerintah Indonesia juga melibatkan dan berkomunikasi dengan berbagai badan dan organisasi internasional dalam menangani masalah pengungsi dari Rakhine, antara lain Perserikatan Bangsa-Bangsa, Organisasi Internasional untuk Migrasi, dan Komite Palang Merah Internasional. Selain itu, pemerintah Indonesia menyelenggarakan dialog antarkepercayaan untuk tokoh masyarakat dan tokoh agama serta mengirimkan bantuan kemanusiaan, seperti sandang, pangan dan pelayanan kesehatan.