Ahad 26 Aug 2018 09:08 WIB

WHO: Satu Juta Pengungsi Rohingya dalam Kondisi Rentan

Pengungsi di Cox's Bazar terancam wabah seperti kolera dan difteri.

Suasana perumahan di Kamp Pengungsi Rohingya di Propinsi Sittwe, Myanmar.
Foto: Edwin Dwi Putranto/Republika
Suasana perumahan di Kamp Pengungsi Rohingya di Propinsi Sittwe, Myanmar.

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Hampir satu juta pengungsi Rohingya masih tetap berada dalam kondisi rentan saat ini. Sekali pun, upaya terpadu oleh Pemerintah Bangladesh, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dan mitra kesehatan telah menyelamatkan ribuan nyawa.

Kedatangan hampir 700 ribu pengungsi Rohingya di Cox's Bazar mulai 25 Agustus 2017, adalah salah satu arus terbesar pengugnsi yang pernah terjadi dalam waktu singkat. Perempuan, anak-anak dan orang tua tiba dengan tubuh cedera, cakupan imunisasi rendah, terancam wabah penyakit yang mematikan.

"Upaya yang tak pernah terjadi sebelumnya telah dilancarkan tahun lalu dan dalam kondisi yang paling penuh tantangan. Penyakit mematikan seperti kolera telah dicegah, dan campak serta difteria dikendalikan dengan cepat melalui peningkatan layanan kesehatan dan kegiatan vaksinasi massal," kata Direktur Regional WHO di Asia Tenggara Poonam Khetrapal Singh, Sabtu (25/8).

Meskipun berbagai upaya pencegahan telah dilancarkan, WHO masih memperingatkan tantangan lain dalam penanganan pengungsi. Sebab, banjir dan tanah longsor pada musim penghujan saat ini terus mendorong orang untuk mengungsi dan mempengaruhi fungsi instalasi kesehatan. Penduduk Rohingya juga enggan untuk mengakses layanan kesehatan reproduksi dan seksual, dan akibatnya, 70 persen kelahiran masih berlangsung di luar instalasi kesehatan.

WHO berusaha memperoleh 16,5 juta dolar AS untuk terus mendukung reaksi bagi Rohingya. Jumlah itu sebagai bagian dari 113,1 juta dolar AS yang diminta kepada semua mitra kesehatan berdasarkan Rencana Tanggap Gabungan sampai Maret 2019.

"Kami perlu terus mendukung keperluan kesehatan buat warga yang rentan ini dan tetap waspada terhadap penyebaran penyakit. Ini adalah situasi yang masih sangat rentan," kata Wakil Direktur Jenderal WHO bagi Reaksi dan Kesiapan Darurat Peter Salama.

sumber : Antara/Xinhua
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement