REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Pemerintah Prancis mengecam rencana Israel membangun ribuan rumah di Tepi Barat dan Yerusalem Timur. Paris menilai hal itu akan semakin mengancam eksistensi Palestina.
"Keputusan ini (pembangunan ribuan rumah), serta pembongkaran (rumah penduduk Palestina) dan evakuasi yang mempengaruhi penduduk Palestina di Area C, dan khususnya Area E1, adalah bagian dari strategi yang sama yang secara langsung mengancam kelangsungan hidup negara Palestina di masa depan," kata Konsulat Jenderal Prancis di Yerusalem dalam sebuah pernyataan pada Senin (27/8).
Prancis menyerukan Israel agar mempertimbangkan kembali rencananya membangun permukiman di Tepi Barat dan Yerusalem Timur. Hal itu penting dilakukan guna mempertahankan solusi dua negara antara Israel dan Palestina.
Pekan lalu Israel mengumumkan rencana untuk membangun 2.100 rumah di Tepi Barat. Hal tersebut segera menuai penentangan dari Palestina. Sebab rumah-rumah itu dibangun di wilayah Palestina yang dianeksasi dan diduduki Israel.
Saat ini terdapat lebih dari 700 ribu pemukim Yahudi yang tinggal di 196 permukiman di Tepi Barat. Semua permukiman itu dibangun atas persetujuan Pemerintah Israel.
Hukum internasional memandang Tepi Barat dan Yerusalem Timur sebagai wilayah pendudukan. Oleh sebab itu, segala aktivitas permukiman Yahudi di kedua wilayah itu ilegal. Kendati kerap menuai kecaman dari dunia internasional, Israel tetap melanjutkan pembangunan permukiman Yahudi di Tepi Barat dan Yerusalem Timur.
Pembangunan permukiman yang tak terkendali dipandang sebagai hambatan utama untuk melanjutkan perundingan perdamaian Palestina-Israel yang mandek pada 2014.
Baca: Tak Hanya Membunuh, Israel Hancurkan Rumah Remaja Palestina