Ahad 02 Sep 2018 17:27 WIB

Iran Inginkan Eropa Bertindak Terkait Perjanjian Nuklir

Negara-negara Eropa berusaha agar perjanjian nuklir dengan Iran tetap berjalan

Proyek reaktor nuklir Arak di Iran.
Foto: Reuters/ISNA/Hamid Forootan/Files
Proyek reaktor nuklir Arak di Iran.

REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Teheran mengatakan negara-negara Eropa hendaknya mengambil tindakan jika mereka ingin menyelamatkan perjanjian nuklir Iran setelah Amerika Serikat (AS) mundur dari perjanjian tersebut. Hal ini disampaikan Iran saat kunjungan seorang menteri junior Inggris pada Sabtu (1/9).

"Sudah saatnya bagi negara-negara Eropa untuk bertindak selain menyuarakan komitmen politik mereka," kata kantor berita negara IRNA mengutip Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif kepada wartawan.

"Langkah-langkah ini mungkin mahal, tapi jika negara-negara ingin menuai keuntungan-keuntungan dan jika mereka yakin perjanjian nuklir itu merupakan pencapaian internasional, mereka hendaknya siap menjaga prestasi-prestasi ini," kata Zarif seperti dikutip Reuters.

Inggris dan negara-negara Eropa yang menandatangani perjanjian itu berusaha agar persetujuan tersebut tetap berjalan, kendati Presiden Amerika Serikat Donald Trump memberlakukan kembali sanksi-sanksi atas Teheran.

Menteri Junior Urusan Luar Negeri Inggris, Alistair Burt, melakukan kunjungan pertama oleh seorang menteri Inggris sejak Trump mundur dari perjanjian itu. Sebelumnya ia bertemu dengan Wakil Menlu Iran Abbas Araghchi.

Zarif mengatakan pembicaraan dengan Burt menyinggung antara lain akses ke sumber daya perbankan dan penjualan minyak. Iran telah berusaha mengusahakan komitmen dari para penandatangan perjanjian nuklir dari Eropa dan memiliki akses ke sistem perbankan Barat serta terus menjual minyak kendati sanksi-sanksi AS berlaku.

"Sepanjang Iran memenuhi komitmen berdasarkan perjanjian itu, kami masih berkomitmen kepadanya karena kami yakin inilah cara terbaik untuk memastikan masa depan yang aman dan terjamin bagi kawasan," kata Burt dalam pernyataan sebelum kunjungannya.

Zarif kemudian berbicara melalui telepon dengan mitranya Menteri Luar Negeri Prancis, Jean-Yves Le Drian, media negara melaporkan. Ditambahkan, mereka membahas hubungan bilateral, perjanjian nuklir dan perkembangan regional.

Sehari sebelumnya, Iran membantah telepon dari Le Drian untuk mengadakan perundingan tentang rencana-rencana nuklir masa depan Teheran, persenjataan peluru kendali balistiknya dan perannya dalam perang-perang di Suriah dan Yaman.

Menteri Burt juga diperkirakan akan membahas kasus-kasus warga negaranya yang memiliki kewarganegaraan ganda yang ditahan di Iran. Utusan khusus London untuk Suriah Martin Longden, yang menemani Burt, kemudian bertemu pejabat senior Kemlu Iran Hosein Jaberi Ansari, kata kantor berita IRNA.

IRNA melaporkan Longden telah menyampaikan keprihatinan mengenai masa depan Idlib dan kemungkinan penggunaan senjata kimia di sana. Provinsi Idlib dan kawasan-kawasan yang mengelilinginya di Suriah merupakan kantung utama terakhir yang dikuasai para penentang Presiden Suriah Bashar al-Assad, sekutu dekat Iran. Satu sumber menyatakan kepada Reuters bahwa Bashar sedang menyiapkan tindakan ofensif untuk merebut provinsi tersebut.

sumber : Antara/Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement