REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Malaysia dan Singapura setuju untuk menunda proyek layanan kereta api berkecepatan tinggi selama dua tahun. Media Malaysia melaporkan, penundaan proyek ini dilakukan karena Malaysia sedang meninjau proyek-proyek besar untuk meminimalkan utang negara yang begitu besar.
Media bisnis Malaysia The Edge pada Sabtu (1/9) menyebutkan kedua negara sepakat untuk menunda proyek tersebut hingga 31 Mei 2020 tanpa sanksi hukum. Waktu itu diberikan agar Malaysia dapat meninjau kembali anggarannya.
Seorang menteri senior Malaysia pada Senin (3/9) mengonfirmasi bahwa pihak terkait telah setuju untuk menunda proyek. Menurutnya rincian penundaan akan diperjelas saat perjanjian baru ditandatangani. "Kami telah sepakat untuk periode yang wajar," kata Azmin.
Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad menyatakan niatnya untuk membatalkan proyek tersebut beberapa pekan setelah koalisinya memenangi pemilihan umum pada Mei lalu.
Baca juga, Malaysia Hentikan Pembangunan Konstruksi Proyek Kereta Cina.
Azmin mengatakan Malaysia berkomitmen terhadap pelaksanaan proyek itu. Tetapi Malaysia menginginkan anggarannya yang lebih terjangkau. "Kami ingin melanjutkan proyek ini karena akan membawa kebaikan bagi kedua negara. Namun, selama penundaan kami akan membahas cara untuk mengurangi biaya," kata Azmin.
Kementerian Transportasi Singapura menolak berkomentar. Menteri, Khaw Boon Wan, dalam unggahan di Facebook mengatakan, akan segera mengumumkan keputusan itu.
Pada Juli, Singapura mengatakan akan berusaha memulihkan lebih dari 250 juta dolar Singapura (141,19 juta pon) atas biaya yang dikeluarkan sampai saat ini jika Malaysia membatalkan proyek tersebut. Mahathir, mengatakan Malaysia akan mencari cara untuk menegosiasikan penundaan proyek dalam mengurangi beban kompensasi.